JALAN TERAKHIR BARSHISHA
Alkisah, hiduplah seorang yang sangat alim dan tekun beribadah, ia bernama Barshisha. Selama 220 tahun ia beribadah kepada Allah Swt. Selama itu pula ia tak pernah bermaksiat sedikit pun. Ia juga merupakan orang yang sangat ditokohkan masyarakat di seluruh negeri. Konon, ketinggian ilmu dan ketekunan ibadahnya nyaris tak tertandingi.
Popularitas Barshisha menggema hingga ke pelosok negeri. Ia menjadi tempat orang untuk bertanya dan berguru ilmu pengetahuan agama. Setiap hari selalu saja ada yang datang dari berbagai daerah untuk menitipkan anaknya atau sekedar untuk meminta nasihatnya. Maka tak heran jika ia mempunyai 60.000 murid. Barshisha menyediakan asrama khusus untuk murid-muridnya dalam satu kompleks pendidikan, layaknya seperti pondok pesantren di zaman ini.
Tak hanya itu, kemasyhuran Barshisha dalam ilmu batin pun menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang datang kepadanya. Murid-murid Barshisha yang telah mencapai tingkat tinggi di perguruan itu dikabarkan bisa terbang ke angkasa tanpa menggunakan bantuan teknologi canggih. Bahkan, popularitas Barshisha tidak hanya dikenal oleh penghuni bumi, namun ia juga dikenal oleh seluruh penghuni langit. Mereka sangat kagum dan bangga dengan pencapaian ibadah yang dilakukannya.
Karena kekaguman malaikat-malaikat terhadap Barshisha terlalu berlebihan, Allah Swt. menegur mereka, “Mengapa kalian terlalu mengaguminya? Sesungguhnya Aku lebih tahu daripada kalian tentang apa-apa yang tidak kalian bayangkan sebelumnya. Barshisha akan mati dalam keadaan kafir, ia akan menjadi penghuni neraka selamanya.”
Mendengar firman Allah seperti itu Iblis merasa tertantang. Barshisha yang selama ini susah ditundukkan, kini menjadi target sasaran bangsa Iblis. Seolah-olah ini saatnya bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka mampu mengalahkan Barshisha, ahli ilmu dan ibadah itu.
Iblis datang ke kediaman Barshisha dengan menyamar. Ia mendekati tempat ibadahnya dengan pakaian tenun yang memikat perhatian. Gaya dan penampilan persis seperti seorang sufi ahli ibadah. “Siapa gerangan dirimu? Apa tujuanmu datang ke sini?” tanya Barshisha kepada Iblis itu. “Perkenalkan, aku adalah seorang ahli ibadah yang datang untuk membantumu beribadah kepada Allah.”
Perkenalan itu pun memikat perhatian Barshisha. Tutur kata Iblis itu sangat sopan dan wawasan keilmuannya terlihat sangat luas. “Barang siapa yang ingin beribadah kepada Allah maka Dia pun pasti akan mencukupinya,” demikian salah satu nasihatnya.
Iblis pun diberi tempat khusus di rumah Barshisha, layaknya tamu-tamu terhormat lainnya. Ia memperlihatkan cara beribadah yang belum pernah dilakukan orang di negeri mana pun. Iblis itu beribadah, shalat dan zikir selama 3 hari 3 malam, tanpa makan, tanpa minum. Bahkan Barshisha sendiri melihatnya selama 3 hari itu pula sang tamu tidak tidur.
Karena rasa heran dan penasaran yang amat sangat, Barshisha memberanikan diri untuk bertanya, “Mengapa engkau sanggup tidak makan, tidak minum selama itu? Padahal, selama 220 tahun aku beribadah tak pernah aku meninggalkan makanan dan minuman. Kalaupun aku berpuasa, aku selalu berbuka di waktu malam. Aku selalu makan, minum, dan tidur layaknya manusia biasa.”
“Aku merasa sangat berdosa kepada Allah, sehingga aku tak bergairah untuk makan-minum, apalagi tidur. Setiap kali datang rasa lapar dan kantukku saat itu pula aku teringat dosaku,” tutur Iblis.
“Lalu bagaimana caranya agar aku bisa menyamaimu?” tanya Barshisha.
“Benar kau ingin menyaimaiku?” tanya Iblis.
“Benar. Tunjukkanlah caranya kepadaku!” desak Barshisha.
“Baiklah. Sekarang cobalah kau bermaksiat kepada Allah, lalu bertobatlah kepada-Nya. Ingatlah, Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Tobat. Kau akan menikmati kelezatan ibadahmu jika sebelumnya kau pernah melakukan dosa,” ungkap Iblis.
“Lalu, cara apa yang harus kuambil?” tanya Barshisha.
“Berzina!” kata Iblis.
“Tidak. Tak mungkin aku melakukan itu,” jawab Barshisha.
“Membunuh seorang Mukmin?” desak Iblis.
“Itu juga tak mungkin. Aku tak sanggup melakukannya,” Barshisha.
“Bagaimana kalau meminum arak hingga mabuk. Ini kelihatan ringan, sangat mudah dilakukan, tapi cukup efektif membuat Allah marah dan memusuhimu,” rayu Iblis.
“Wah, kalau ini memang ringan. Kemana aku mencari?” tanya Barshisha. Lalu Iblis pun menunjukkan ke suatu kota yang biasa menjual arak dan minuman keras yang lain.
Singkat cerita, Barshisha menemukan sebuah warung minuman dengan pelayan yang sangat cantik. Atas petunjuk Iblis, Barshisha pun membeli minuman haram itu dan meminumnya hingga mabuk. Dalam keadaan tak sadarkan diri ia bahkan berzina dengan wanita pelayan itu. Tanpa diduga sebelumnya, suami pelayan itu datang dan memergoki mereka sedang berzina. Karena terbakar api cemburu yang hebat, lelaki itu menghajar Barshisha hingga babak belur, bahkan hampir-hampir mati.
Iblis itu datang dengan menyamar sebagai manusia biasa. Ia menyeret Barshisha ke pengadilan untuk dihukum atas perbuatannya. Akibatnya, hakim memutuskan Barshisha bersalah, lelaki yang dikenal ahli ibadah itu mendapat hukuman 80 kali cambukan untuk perbuatan meminum arak, dan 100 kali cambukan karena telah berzina. Tak hanya itu, Barshisha juga disalib di tempat umum yang disaksikan banyak orang yang mengenalnya.
Ketika Barshisha dalam keadaan tersalib, Iblis datang dengan penyamaran sebagai manusia, tapi dalam gaya dan penampilan berbeda. “Bagaimana keadaanmu, Barshisha?” tanya Iblis. “Beginilah penderitaan bagi orang yang telah mematuhi penjahat dan pendosa,” jawab Barshisha.
Iblis itu tertawa sinis. Mencibirkan muka dengan keangkuhan, sambil mengacung-ngacungkan tangan ke arah muka Barshisha ia berkata, “Aku mengalami penderitaan dan musibah hingga 220 tahun lamanya karena ulahmu! Sekarang apa maumu? Apakah kau mau kulepaskan dari hukuman ini?”
“Cepatlah, turunkan aku dari tiang salib ini! Aku akan menuruti semua kehendakmu!” pinta Barshisha.
“Bersujudlah sekali saja kepadaku!” desak Iblis.
“Tak mungkin. Aku masih tersalib, tak bisa melakukannya. Turunkan saja aku dulu!” rengek Barshisha.
“Kau tak perlu turun dulu. Lakukanlah sujud itu dengan isyarat saja!” desak Iblis lagi.
Akhirnya Barshisha pun menuruti permintaan Iblis, ia bersujud kepada Iblis dengan satu isyarat saja. Sungguh perbuatan terkutuk yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang Barshisha. Ia meninggal dunia sejurus setelah perbuatan kafir dilakukannya. Na’udzu billahi min dzalik.
---Untaian cerita berasal dari Kitab Hayatul Qulub. Naskah ini diterjemahkan oleh Halim Ambiya dari Kitab Durratun-Nashihin karya Syaikh Usman.
Alkisah, hiduplah seorang yang sangat alim dan tekun beribadah, ia bernama Barshisha. Selama 220 tahun ia beribadah kepada Allah Swt. Selama itu pula ia tak pernah bermaksiat sedikit pun. Ia juga merupakan orang yang sangat ditokohkan masyarakat di seluruh negeri. Konon, ketinggian ilmu dan ketekunan ibadahnya nyaris tak tertandingi.
Popularitas Barshisha menggema hingga ke pelosok negeri. Ia menjadi tempat orang untuk bertanya dan berguru ilmu pengetahuan agama. Setiap hari selalu saja ada yang datang dari berbagai daerah untuk menitipkan anaknya atau sekedar untuk meminta nasihatnya. Maka tak heran jika ia mempunyai 60.000 murid. Barshisha menyediakan asrama khusus untuk murid-muridnya dalam satu kompleks pendidikan, layaknya seperti pondok pesantren di zaman ini.
Tak hanya itu, kemasyhuran Barshisha dalam ilmu batin pun menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang datang kepadanya. Murid-murid Barshisha yang telah mencapai tingkat tinggi di perguruan itu dikabarkan bisa terbang ke angkasa tanpa menggunakan bantuan teknologi canggih. Bahkan, popularitas Barshisha tidak hanya dikenal oleh penghuni bumi, namun ia juga dikenal oleh seluruh penghuni langit. Mereka sangat kagum dan bangga dengan pencapaian ibadah yang dilakukannya.
Karena kekaguman malaikat-malaikat terhadap Barshisha terlalu berlebihan, Allah Swt. menegur mereka, “Mengapa kalian terlalu mengaguminya? Sesungguhnya Aku lebih tahu daripada kalian tentang apa-apa yang tidak kalian bayangkan sebelumnya. Barshisha akan mati dalam keadaan kafir, ia akan menjadi penghuni neraka selamanya.”
Mendengar firman Allah seperti itu Iblis merasa tertantang. Barshisha yang selama ini susah ditundukkan, kini menjadi target sasaran bangsa Iblis. Seolah-olah ini saatnya bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka mampu mengalahkan Barshisha, ahli ilmu dan ibadah itu.
Iblis datang ke kediaman Barshisha dengan menyamar. Ia mendekati tempat ibadahnya dengan pakaian tenun yang memikat perhatian. Gaya dan penampilan persis seperti seorang sufi ahli ibadah. “Siapa gerangan dirimu? Apa tujuanmu datang ke sini?” tanya Barshisha kepada Iblis itu. “Perkenalkan, aku adalah seorang ahli ibadah yang datang untuk membantumu beribadah kepada Allah.”
Perkenalan itu pun memikat perhatian Barshisha. Tutur kata Iblis itu sangat sopan dan wawasan keilmuannya terlihat sangat luas. “Barang siapa yang ingin beribadah kepada Allah maka Dia pun pasti akan mencukupinya,” demikian salah satu nasihatnya.
Iblis pun diberi tempat khusus di rumah Barshisha, layaknya tamu-tamu terhormat lainnya. Ia memperlihatkan cara beribadah yang belum pernah dilakukan orang di negeri mana pun. Iblis itu beribadah, shalat dan zikir selama 3 hari 3 malam, tanpa makan, tanpa minum. Bahkan Barshisha sendiri melihatnya selama 3 hari itu pula sang tamu tidak tidur.
Karena rasa heran dan penasaran yang amat sangat, Barshisha memberanikan diri untuk bertanya, “Mengapa engkau sanggup tidak makan, tidak minum selama itu? Padahal, selama 220 tahun aku beribadah tak pernah aku meninggalkan makanan dan minuman. Kalaupun aku berpuasa, aku selalu berbuka di waktu malam. Aku selalu makan, minum, dan tidur layaknya manusia biasa.”
“Aku merasa sangat berdosa kepada Allah, sehingga aku tak bergairah untuk makan-minum, apalagi tidur. Setiap kali datang rasa lapar dan kantukku saat itu pula aku teringat dosaku,” tutur Iblis.
“Lalu bagaimana caranya agar aku bisa menyamaimu?” tanya Barshisha.
“Benar kau ingin menyaimaiku?” tanya Iblis.
“Benar. Tunjukkanlah caranya kepadaku!” desak Barshisha.
“Baiklah. Sekarang cobalah kau bermaksiat kepada Allah, lalu bertobatlah kepada-Nya. Ingatlah, Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Tobat. Kau akan menikmati kelezatan ibadahmu jika sebelumnya kau pernah melakukan dosa,” ungkap Iblis.
“Lalu, cara apa yang harus kuambil?” tanya Barshisha.
“Berzina!” kata Iblis.
“Tidak. Tak mungkin aku melakukan itu,” jawab Barshisha.
“Membunuh seorang Mukmin?” desak Iblis.
“Itu juga tak mungkin. Aku tak sanggup melakukannya,” Barshisha.
“Bagaimana kalau meminum arak hingga mabuk. Ini kelihatan ringan, sangat mudah dilakukan, tapi cukup efektif membuat Allah marah dan memusuhimu,” rayu Iblis.
“Wah, kalau ini memang ringan. Kemana aku mencari?” tanya Barshisha. Lalu Iblis pun menunjukkan ke suatu kota yang biasa menjual arak dan minuman keras yang lain.
Singkat cerita, Barshisha menemukan sebuah warung minuman dengan pelayan yang sangat cantik. Atas petunjuk Iblis, Barshisha pun membeli minuman haram itu dan meminumnya hingga mabuk. Dalam keadaan tak sadarkan diri ia bahkan berzina dengan wanita pelayan itu. Tanpa diduga sebelumnya, suami pelayan itu datang dan memergoki mereka sedang berzina. Karena terbakar api cemburu yang hebat, lelaki itu menghajar Barshisha hingga babak belur, bahkan hampir-hampir mati.
Iblis itu datang dengan menyamar sebagai manusia biasa. Ia menyeret Barshisha ke pengadilan untuk dihukum atas perbuatannya. Akibatnya, hakim memutuskan Barshisha bersalah, lelaki yang dikenal ahli ibadah itu mendapat hukuman 80 kali cambukan untuk perbuatan meminum arak, dan 100 kali cambukan karena telah berzina. Tak hanya itu, Barshisha juga disalib di tempat umum yang disaksikan banyak orang yang mengenalnya.
Ketika Barshisha dalam keadaan tersalib, Iblis datang dengan penyamaran sebagai manusia, tapi dalam gaya dan penampilan berbeda. “Bagaimana keadaanmu, Barshisha?” tanya Iblis. “Beginilah penderitaan bagi orang yang telah mematuhi penjahat dan pendosa,” jawab Barshisha.
Iblis itu tertawa sinis. Mencibirkan muka dengan keangkuhan, sambil mengacung-ngacungkan tangan ke arah muka Barshisha ia berkata, “Aku mengalami penderitaan dan musibah hingga 220 tahun lamanya karena ulahmu! Sekarang apa maumu? Apakah kau mau kulepaskan dari hukuman ini?”
“Cepatlah, turunkan aku dari tiang salib ini! Aku akan menuruti semua kehendakmu!” pinta Barshisha.
“Bersujudlah sekali saja kepadaku!” desak Iblis.
“Tak mungkin. Aku masih tersalib, tak bisa melakukannya. Turunkan saja aku dulu!” rengek Barshisha.
“Kau tak perlu turun dulu. Lakukanlah sujud itu dengan isyarat saja!” desak Iblis lagi.
Akhirnya Barshisha pun menuruti permintaan Iblis, ia bersujud kepada Iblis dengan satu isyarat saja. Sungguh perbuatan terkutuk yang semestinya tidak dilakukan oleh seorang Barshisha. Ia meninggal dunia sejurus setelah perbuatan kafir dilakukannya. Na’udzu billahi min dzalik.
---Untaian cerita berasal dari Kitab Hayatul Qulub. Naskah ini diterjemahkan oleh Halim Ambiya dari Kitab Durratun-Nashihin karya Syaikh Usman.
No comments:
Post a Comment