Oleh : T. Muhammad Jafar SHI**
Tema diatas muncul dari intensnya penulis mendengar pernyataan, pertanyaan dan statement yang sinis, miris, miring dan menyesatkan
tentang tarekat. ”. Klausul-klausul di atas muncul dari berbagi
kalangan, mulai dari Ulama-ulama, teman-teman mahasiswa, akademisi,
aktifis NGO, terlebih lagi kalangan Islam Fundamentalis,
intinya
kebanyakan muncul dari kalangan terpelajar. Asbabun nuzul tulisan ini
sebenarnya bukanlah sebagai pembelaan untuk menyatakan bahwa tarekat itu
tidak salah dan tidak sesat, karena tarekat tidak pernah perlu
pembelaan dari apapun, karena semua kebenaran adalah relatif, tidak ada
kebenaran absolut didunia ini diluar Tuhan, kebenaran absolut hanya ada
pada Tuhan.
Tulisan
ini bertujuan untuk memberikan sedikit pencerahan terhadap frame dan
logika berfikir saudara-saudara kita diatas. Kalau tulisan ini sebagai
bentuk pembelaan, maka bukan pencerahan namanya, tapi debat kusir yang
tidak logis dan ilmiah, karena hanya akan menampilkan justifiksi
dalil-dalil Ayat dan ”Hadits”, sehingga kita disibukkan dengan menghafal
saja, menghafal ayat ini, hadits itu, tanpa berfikir sama sekali.
Bagaimana ada pencerahan kalau hanya dengan menghafal. Kondisi seperti
inilah yang membuat kita akan semakin mundur dan terus mundur, karena
sekarangpun sebenarnya kita berada pada kondisi yang sangat mundur bila
dibandingkan dengan kondisi dimana ilmu pengetahuan mendapatkan tempat
dalam Islam, ketika semua golongan bebas berdebat, bebas berargumen,
tanpa saling mengkafirkan.
Bagaimana
tidak mundur, yang dikedepankan adalah monopoli tafsir dan
penyeragaman, yang benar hanyalah satu golongan mayoritas, dengan segala
justifikasi ayat Qur’an dan ”Hadits” Apa yang akan terjadi dengan
kondisi diatas dengan mudah akan dapat kita tebak. Tidak ada dinamisasi,
tidak ada dialektika. Sehingga statis akhirnya, mandeg, hanya jalan
ditempat dan selalu mengulang-ngulang yang itu-itu saja secara turun
temurun.. Perumpamaan ini persis seperti pernyataan Karl Marx : mereka
punya semuanya, tetapi mereka berjalan dengan kepala terbalik hari ini”.
Umat yang dihasilkan dengan metode seperti ini adalah umat yang mabok
agama, sehingga ketika mereka mabok, dengan seenaknya saja mengkafirkan,
menyesatkan yang lain, menyalahkan yang lain. Dilevel ini agama
hanyalah sebagai candu, agama hanya diperlukan untuk mengkafrikan,
bukannya mencerahkan.
Tulisan
ini sebenarnya juga pengalaman pribadi yang penulis alami. Dimana latar
belakang penulis sebelumnya adalah seorang aktifis berhaluan kiri
(sosialis). kemudian tertambat hatinya pada jalan tarekat. Hal ini tentu
menimbulkan kehebohan, dan keheranan yang luar biasa, sama seperti
herannya seorang sophie Admunsend dalam novel filsafat ”Dunia Sophie”
ketika menerima surat misterius yang isinya menanyakan ” siapakah saya, darimana asalnya dunia ?.
kawan-kawan penulis tak habis pikir bagaimana bisa seorang yang
dianggap telah beraqidah kiri dan bertauhid sosialis bisa mengikuti
jalan tarekat.
Ada Apa Sebenarnya ?
Mengapa
Pemikiran seperti diatas ini bisa muncul dengan gampang dikalangan
akademisi, aktifis-aktifis LSM, dan para mahasiswa yang bisa kita
katakan masuk dalam golongan “terpelajar”. Mengapa di benak saudara-saudara kita ini masih bisa dengan mudah menyesatkan, mengkafirkan, semua yang diluar level Syari’at ?. apalagi tarekat. Ada apa sebenarnya ini ?.
Logikanya mereka pasti seperti
ini, semua mereka bersandar kepada aturan agama, inilah landasan yang
sering mereka pakai untuk menjustifikasi tindakan takfir, mereka ibarat
tentara-tentara Tuhan yang siap membela agamanya, dari pihak-pihak yang
dianggap menggerogoti Syari’at (Islam), terutama yang dianggap anasir
diluar Syari’at (Islam), dimana tarekat termasuk salah satunya. Tapi
tunggu dulu, apakah hanya karena landasan membela Syari’at sehingga
mereka melakukan tindakan takfir dan vonis sesat ?.
Dalam sejarah Islam dan lebih khususnya Arab, gerakan-gerakan
membela Syari’at, adalah bermuara pada gerakan ”berkedok” pemurnian
kembali Islam, yang digelontorkan oleh Abdullah ibn Wahab, yang kemudian
menjadi tauhid Wahabisme, dengan tujuan menyeragamkan semua, bahwa
Islam yang benar adalah Islam Arab, tasawuf dan tarekat itu adalah
pengaruh dari luar Islam, jadi harus dihancurkan, dimusuhi.
Saudara-saudara kita diatas (Ulama,Akademisi, Aktifis LSM, Mahasiswa,
gerakan fundamentalis) secara tidak sadar, dengan
dalih berpijak diatas Syari’at dan membela Syari’at ternyata adalah
perpanjangan tangan dari cita-cita dan Millenium Goalnya wahabi.
Sungguh ironis, benar akhirnya, kalau pola seperti ini terus
berlangsung, bukannya power Islam dan pencerahan sebagai agama yang kita
tuai, tetapi kemunduran dalam beragama, berperadaban dan semua
kompetisi global.
Sekarang kita bertanya lagi, apanya yang paling murni Islam ? apakah yang paling murni itu budaya-budaya badui yang keras sebagai daerah asal lahirnya wahabi, yang kemudian mempengaruhi lahirnya ayat-ayat Qur’an ? , apakah yang paling murni itu kebiasaan-kebiasaan ibadah Arab Jahiliyah, yang kemudian diadopsi oleh Islam secara lebih beradab?. Apakah tradisi-tradisi arab,
yang sangat berbeda konteksnya dengan Indonesia, Aceh, Sulawesi,
Kalimantan dll. Apakah ayat-ayat Al-Quran itu tidak ada pengaruh
Israiliyat didalamnya ?. Apakah Ibadah, Mu’amalah, Jinayah, politik
dalam Islam itu tidak ada pengaruh agama lain, kepercayaan lain ?.
Saya
menantang kawan-kawan diatas, Akademisi, Aktifis LSM, mahasiswa, kaum
Fundamentalis, yang sangat suka sekali mengkafirkan, memvonis sesat
semua yang dianggap bertentangan dengan Syari’at untuk menjawab ini.
Karena semua itu harus ilmiah, logis, dan bisa diterima akal, jangan
hanya bersandar kepada Aqidah, seolah-olah
anda semua begitu yakin Allah SWT tersenyum dan mengizinkan semua
tindakan-tindakan anda dan mendapatkan ganjaran pahala yang
berlimpah-limpah atas tindakan anda itu. Silahkan jawab pertanyaan
diatas, biar kita semua tahu siapa sebenarnya penghambat kemajuan Islam, dan siapa perusak Islam dari dalam, jangan sebentar-bentar semua yang berbeda dengan Syari’at dicap penghambat kemajuan Islam dan perusak Islam.
Mari Kita Luruskan.
Agar
umat Islam maju, tercerahkan dan mempunyai power luar biasa. Semua yang
diatas harus kita luruskan. Apakah ada kebenaran absolut diluar Tuhan
?. tidak ada, diluar Tuhan, kebenaran itu relatif semua. Apakah yang
suka melakukan takfir itu (Ulama, Akademisi, Aktifis LSM, Mahasiswa,
kaum fundamentalis) sudah kenal dan berjumpa dengan Tuhan Sehingga tahu
mana kebenaran absolut. Kalau belum, mengapa sebegitu beraninya
melakukan tindakan itu ?.
Perlu diketahui dan disadari oleh kawan-kawan dalam kurung diatas, bahwa :
-
Ibadah-ibadah yang dilakukan umat Islam termasuk yang anda lakukan hari ini, itu semua adalah hasil pemikiran ulama-ulama. Sebagai contoh, tidak ada disebutkan dalam al-Quran itu rukun 13 dalam shalat dan banyak contoh yang lain. Tidak ada ayat-ayat yang tegas dalam al-Quran yang menyatakan ayat ini muhkamat dan ini mutasyabihat.
-
Persoalan-persoalan Aqidah : kafir mengkafirkan dan sesat menyesatkan dan saling menghalalkan darah, sejarah lahirnya itu hanya dari persoalan kekuasaan (rebutan kursi). Setelah Rasulullah meninggal, yang pertama dilakukan adalah persoalan rebutan kursi, sehingga jenazah Rasulullah sampai dua hari tidak dimakam. Puncaknya adalah perang yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah yaitu perang perebutan kekuasaan, setelah inilah persoalan-persoalan Aqidah mencuat, berdialektika, mendarah daging sampai sekarang dan yang paling menonjol ya takfir.
Kesimpulan
singkat, dua hal diatas semua adalah hasil pemikiran dan hasil
pemikiran itu relatif semua, tidak ada yang absolut, tidak bisa anda
membenarkan secara absolut satu pemikiran, dia bisa saja beragam dan
semua benar secara masing-masing dan secara sendirinya. Anda baru boleh
mengatakan semua itu benar secara absolut ketika anda sudah berjumpa dan kenal dengan Tuhan. Pertanyaannya, Apakah anda sudah berjumpa dan kenal dengan Tuhan, bercakap-cakap lansung, berdialog
empat mata, dan sebagainya. Jika tidak, mengapa anda begitu berani
melakukan kerja-kerja yang sebenarnya itu adalah wilayah Tuhan,
legitimsi apa yang anda pakai, sedangkan berjumpa dan kenalpun belum.
Bagaimana anda tahu Tuhan mengizinkan dan senang dengan
tindakan-tindakan mengkafirkan dan menyesatkan yang anda semua lakukan
?.
Jika
demikian adanya, apanya yang terlalu anda yakini dan anda banggakan
kawan, dalam menilai Aqidah, keimanan, ibadah seseorang. Apakah anda
Tuhan yang dapat mengkafirkan seseorang ?. sedangkan ibadah-ibadah yang
anda lakukan sendiri hanyalah hasil pemikiran, sedangkan landasan yang
anda pakai dalam mengkafirkan dan memvonis sesat seseorang yang merupakan ranah aqidah hanyalah hasil pemikiran manusia berlatar rebutan kursi,
sedangkan ibdah-ibadah yang anda lakukan masih spekulasi semua, tidak
ada kepastian, anda tidak bisa mengukur bahwa anda akan masuk surga
dengan tindakan-tindakan anda itu, karena itu adalah hak absolut Tuhan,
berarti anda-anda sendiri belum benar, bagaimana anda begitu berani
membenarkan orang lain.
Ketika
ada jalan tarekat yang berfungsi sebagai jalan untuk mengenalkan Tuhan,
anda mengatakan itu sesat. Jumpa dan kenal dulu dengan Tuhan, biar anda
tahu bahwa dimensi agama itu luas dan indah dan tidak hanya Syari’at.
Syari’at seperti yang selama ini anda yakini dan pahami hanyalah level
awal dalam beragama, baru kulit kawan. Belum intisarinya, baru ampas
kelapanya, keras itu. Masih ada santannya didalam, masih ada minyaknya.
Wajarlah jika pemahaman agamanya masih sebatas ampas dan batok kelapa
yang keras, maka umat yang dihasilkanpun umat yang keras-keras, penuh
kekerasan, beda sedikit kafir, bakar, bunuh, hancurkan, musnahkan, pakai
Allahu Akbar lagi, merusak bar-bar, orang ditampar-tampar. Tidak ada
indahnya Islam seperti ini, sampai kiamatpun umat Islam tidak akan
pernah tercerahkan dan maju dengan kondisi umat seperti ini.
Kawan,
beragama itu ibarat sekolah, ada SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi (S1,
S2,S3). Diatas Syari’at itu masih ada lagi yang lain, jangan anda pikir
Syari’at sudah harga mati Ada empat tingkatan yang harus dilalui kalau
anda dan umat Islam ingin tercerahkan dan maju dan tidak saling
gontok-gontokan, ada Syari’at, Tarekat, Hakikat, Ma’rifat. Anda-anda
semua yang suka mengkafirkan itu masih dilevel SD, sedangkan pihak yang
anda kafirkan itu sudah S1,S2,S3 bahkan Profesor, ya tidak nyambung
kawan. Masak anda memvonis orang yang sudah S3 dengan metode-metode SD.
Ditertawakan anda oleh orang lain.
Terus
apanya yang salah dengan Tarekat ?. salahkah ketika yang diajarkan itu
adalah jalan berjumpa dan mengenal Tuhan, karena yang absolut itu adalah
Tuhan, salahkah ketika yang diajarkan adalah keikhlasan dalam menyembah
Tuhan, bahwa dengan cinta semua itu dilakukan, bukan karena rebutan
kursi, atau pamrih lain. Misalnya naik pangkat, mendapatkan kekayaan
atau mendapat pujian yang luar biasa setelah memvonis yang lain sesat,
atau menghalalkan dan mengharamkan sesuai dengan pesanan. Salahkah
ketika yang diajarkan itu adalah hubungan kemanusiaan humanis,
berdasarkan cinta bukan berdasarkan kepentingan. Salahkah ketika yang
diajarkan adalah sebuah kepastian, bukan spekulasi-spekulasi tidak
menentu dalam ibadah. Salahkah ketika yang diajarkan itu menyingkapkan
kondisi-kondisi psikologis, menganalisa tingkah laku dengan bertumpu
pada pengalaman langsung dan pengetahuan lansung (Al-Irfan). dan
yang paling pokok, tarekat adalah jalan ilmiah yang diperlukan untuk
mengenalkan dan menjumpakan dengan umat dengan Tuhan. Ketika kita
percaya Tuhan itu ada, bagaiman cara menjelaskan ini, sehingga Ilmiah,
Logis dan dapat diterima akal. Apa dijelaskan dengan Syaria’t, tunggu
dulu. Umat akan semakin bingung. Satu-satunya cara untuk menjelaskan
Tuhan dengan Ilmiah, logis adalah tarekat. Salahkan ini ?
Terakhir,
pola-pola diatas sangat dipengaruhi oleh doktrin Arabisasinya Wahabi,
melalui pendidikan, organisasi-organisasi fundamentalis, gerakan-gerakan
yang ingin mendirikan kekhalifahan Islam, partai poltik dan
organisasi-organisasi kemahasiswaan Islam lainnya. Mereka ingin
mengarabkan dimana saja umat Islam berada. Sehingga semua yang berbeda
dengan Arab itu sesat dan harus dimusnahkan. Sudahkah anda tahu siapa
dan pihak mana yang sebenarnya menghancurkan Islam dari dalam ?. siapa
yang sebenarnya ingin menghancurkan keragaman Islam yang sebenarnya
merupakan kekuatan luar biasa dengan penyeragaman Arabisasinya ?. Dan,
silahkan semua umat Islam melakukan ini semua, jika ingin tetap mundur
tanpa pernah maju, kolot, rigid, dan tak pernah tercerahkan. Juga,
jangan suka sekali melakukan takfir karena anda-anda adalah perpanjangan
tangan Wahabi yang ingin menyeragamkan semua sesuai dengan Arab,
Indonesia bukan Arab, Aceh bukan Arab. Biarkan Indonesia tetap Indonesia dan beragama sesuai dengan kultur Indonesia. Inti Agama Islam bukan Arab tapi Tuhan, Allah SWT.
**Penulis adalah alumni Fakultas Syari’ah dan Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry, Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam.
No comments:
Post a Comment