Tuesday, 30 January 2018

*APAKAH KEBENCIAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBENCIAN ?*

*APAKAH KEBENCIAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBENCIAN ?*


     Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham, seorang sufi, sedang berjalan kaki untuk menemui seorang kolega.
Di tengah jalan, dia bertemu dengan dua orang prajurit.
Ternyata, tentara itu dikirim oleh khalifah di Baghdad, untuk mencari seorang kriminal.

Alhasil, salah seorang dari tentara itu bertanya ke Ibrahim, _"wahai pengembara, apakah anda melihat si fulan ?"_ sambil menunjukkan lukisan sang kriminal’.

Jawab Ibrahim, *"Oh maaf, saya tidak pernah melihat dia".*

Namun, salah satu dari tentara itu curiga, dan menunjuk ke arah Ibrahim, _"Wahai pengembara, pasti anda pendusta, karena berdasarkan informasi yang kami terima, dia pasti lewat jalan ini"._

Kata Ibrahim, *"Mohon maaf, saya kurang paham maksud anda. Saya benar-benar tidak pernah melihat dia".*

Tentara itu menjawab, _"sudah cukup ! tidak usah banyak cing cong... Makan ini !"_ mengirim bogem mentah ke Ibrahim.

Akhirnya, Ibrahim disiksa oleh kedua tentara itu sampai babak belur, di tengah jalan sepi tersebut.
Setelah penyiksaan itu, kedua tentara itu berlalu begitu saja.

Namun, ternyata peristiwa penyiksaan itu disaksikan oleh seorang ibu.
Sewaktu kedua tentara itu berpapasan dengan sang ibu, lalu si ibu angkat bicara, "Apa yang kalian lakukan dengan orang tua itu ?
Dia itu Ibrahim bin Adham ! Seorang ulama yang sangat alim".
"Apa ?..." demikian respon kedua prajurit itu.

Lalu sontak, kedua prajurit itu mengejar Ibrahim di belakang, yang sedang jalan terpincang-pincang karena luka yang ia derita.
Lalu, mereka membungkuk dalam dalam di depan Ibrahim, dan salah satu dari mereka berkata, _"Wahai Ibrahim yang mulia, kami minta maaf atas kezhaliman yang telah terjadi"._

Ibrahim menjawab dengan santai, *"Anakku, Saya sudah lupakan peristiwa itu, dan saya anggap tidak pernah terjadi".*


Ibrahim bin Adham, dan semua Sufi, adalah kelompok yang berkata *"TIDAK"* untuk membalas kekerasan dengan kekerasan.

Mengapa kebencian itu muncul ?

Ibrahim bin Adham sudah mengajarkan kepada kita, bahwa kebencian bisa dibalas dengan cinta kasih.

     Memang, seorang Sufi seperti beliau sudah melakukan *latihan spiritual* yang sangat berat untuk mencapai tingkat tersebut.

     Namun, yang dicapai adalah kedamaian hati dan ketenangan batin. Dikotomi menang-kalah, yang menghasilkan kebencian demi kebencian, hanya membawa kita pada keresahan lahir dan batin.
Berkompetisi dengan orang lain, berarti juga kita harus menghancurkan orang lain, Akhirnya, semua ini hanya menghasilkan serentetan permusuhan, dan tinggal menunggu waktu saja, sebelum mereka yang kalah balas dendam terhadap yang menang, untuk kemudian menjadi pemenang yang baru.
Lingkaran balas dendam itu akan berlangsung terus tanpa akhir, jika tidak dihentikan.
Dunia yang sekuler sekarang ini, hanya menghasilkan *"manusia pembenci",* bukan *‘manusia PECINTA’.*

Mengapa tidak kita rubah semua ini ?
*Latihan spiritual para sufi sudah menunjukkan, bahwa menghilangkan kebencian adalah sangat mungkin.*
Sudah waktunya kita tanggalkan mentalitas aristokrasi, dan kembali pada pesan para bijak bestari dari timur. 🍃🍁🍃

Saturday, 27 January 2018

Ujub

Ujub

Ujub ialah PERASAAN kagum atas diri sendiri. Merasa diri HEBAT. Bangga diri. Terpesona dengan kehebatan diri.
Perasaan ujub boleh datang pada bila-bila masa.

Orang yang rajin ibadah merasa kagum dengan ibadahnya.
Orang yang berilmu, kagum dengan ilmunya.
Orang yang cantik, kagum dengan kecantikannya.
Orang yang dermawan, kagum dengan kebaikannya.
Orang berjawatan tinggi, kagum dgn jawatannya.
Orang yg bijak berpidato, kagum dgn pidatonya,
Orang yang berdakwah, kagum dengan dakwahnya.
Orang yang pandai masak, kagum dengan masakannya.
Orang yang pandai menjahit, kagum dengan jahitannya.
Orang yang pandai menghias, kagum dengan hiasannya.

Walhal semua kelebihan atau keistimewaan itu adalah milik Allah dan diberikan kepada manusia.
Sufyan at-Tsauri mengatakan ujub adalah perasaaan kagum pada dirimu sendiri sehingga kamu merasa bahawa kamu lebih mulia dan lebih tinggi darjat.

Muthrif rahimahullah telah berkata, “Kalau aku tidur tanpa tahajud dan bangun dalam keadaan menyesal, adalah lebih baik dari aku bertahajud tetapi berasa kagum dengan amalan tahajud tadi.”

Seorang sahabat Nabi Abu Ubaidah al-Jarrah yang menjadi imam. Setelah selesai beliau berkata, “Syaitan sentiasa menghasut aku supaya merasa aku ini lebih hebat dari orang di belakangku. Aku tidak mahu jadi imam sampai bila-bila.”

Ingatlah, semua kelebihan adalah anugerah dari Allah, oleh itu kagumlah hanya kepada Allah, bukan diri sendiri.
Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."
(Surah An-Nisaa', sebahagian ayat 36)

Nabi saw. bersabda, "Apabila seorang lelaki sedang berjalan dengan memakai baju yang kemas dan r ambut yang disikat menyebabkan dia rasa kagum dengan pakaian dan dandanan rambutnya (perasan lawa). Lalu Allah tenggelamkan dia ke dalam muka bumi dan dia terus ditenggelamkan sampai hari kiamat.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Nabi saw. bersabda, "Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang iaitu kedekut yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujub (rasa kagum dengan diri sendiri).”
(HR Al-Bazzar dan Al-Baihaqi)

Imam Nawawi rahimahullah berkata,”ketahuilah bahwa keikhlasan niat terkadang dihalangi oleh penyakit ujub. Sesiapa ujub dengan amalnya sendiri maka akan terhapus amalnya". (Syarh Arba’in)

Tuesday, 23 January 2018

Thariqah adalah `Azhiimat asy-Syari`ah

Thariqah adalah `Azhiimat asy-Syari`ah. Thariqah bukanlah rukhsah. Tingkat terendah dalam Syari`ah adalah ketika kalian memberikan keringanan pada diri kalian sendiri dalam setiap aspek Syari`ah. Sedangkan `Azhiimah, level tertinggi dalam Syari`ah, adalah untuk tidak menerima keringanan dalam melakukan kewajiban kalian.
Jadi, Thariqah adalah ajaran-ajaran yang lebih ketat dari Awliyaullah. Thariqah memberikan metode yang lebih sempurna dalam melakukan segala sesuatu yang dituntut oleh Syari`ah. Thariqah menjaga tingkat tertinggi kesempurnaan dan kesucian pada diri kalian untuk menjadi orang yang baik dan memiliki adab dalam melakukan kewajiban-kewajiban kalian.
Karena itulah kita mengatakan bahwa thariqah adalah `azhimat asy-Syari`ah, suatu tingkatan tertinggi dalam menjalankan Syari`ah, bukan pada tingkatannya yang terendah.
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
Nazimiyya Indonesia

Monday, 22 January 2018

Kisah ketawadu'an para Sufi )

Bayazid Al Bustami
(Kisah ketawadu'an para Sufi )

Saudaraku,
ada kisah kisah menarik dikalangan sufi yang jika engkau resapi akan menentramkan bathin, dan mengembalikan mu ke track record yang menyelamatkan. Aku nukilkan semoga Bermanfaat bagi para pencari Cahaya Nya

Dahulu ada orang yang di cintai di bumi  juga  dilangit. Sederhana dan banyak menebarkan hikmah kebaikan. Dia bernama Hadratusy syeikh Bayazid, yang tergolong dalam deretan masayeikh juga adalah pengajar tasawuf.

Banyak santrinya. Dan meluluskan banyak kiyai dan mursyid. Di antara murid murid nya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak.
Santri itu juga menjadi kyai bagi jamaah nya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalihannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.

Salat malam
Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Bayazid, “Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tak pernah saksikan apa pun yang Tuan gambarkan.”

Bayazid menjawab, “Sekiranya kau beribadat selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu.”

Murid itu heran, “Mengapa, ya Tuan Guru?”

“Karena kau tertutup oleh dirimu,” jawab Bayazid.

“Bisakah kau obati aku agar hijab itu tersingkap?” pinta sang murid.

“Bisa,” ucap Bayazid, “tapi kau takkan melakukannya.”

“Tentu saja akan aku lakukan,” sanggah murid itu.

“Baiklah kalau begitu,” kata Bayazid, “sekarang tanggalkan pakaianmu. Sebagai gantinya, pakailah baju yang lusuh, sobek, dan compang-camping. Gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka, “Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang.” Lalu datangilah tempat di mana jamaah kamu sering mengagumimu. Katakan juga pada mereka, “Siapa yang mau menampar mukaku, aku beri satu kantung kacang!”

“Subhanallah, masya Allah, lailahailallah,” kata murid itu terkejut.

Memuji diri
Bayazid berkata, “Jika kalimat-kalimat suci itu diucapkan oleh orang kafir, ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu diucapkan oleh seorang sepertimu, kau berubah dari mukmin menjadi kafir.”

Murid itu keheranan, “Mengapa bisa begitu?”

Bayazid menjawab, “Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu. Ketika kau katakan: Tuhan mahasuci, seakan-akan kau mensucikan Tuhan padahal kau menonjolkan kesucian dirimu.”

“Kalau begitu,” murid itu kembali meminta, “berilah saya nasihat lain.”

Bayazid menjawab, “Bukankah aku sudah bilang, kau takkan mampu melakukannya!”

Syeikh Bayazid ..
mengajarkan bahwa orang yang sering beribadat mudah terkena penyakit ujub dan takabur. “Hati-hatilah kalian dengan ujub,” pesan Iblis.

Dahulu, Iblis beribadat ribuan tahun kepada Allah. Tetapi karena takaburnya terhadap Adam, Tuhan menjatuhkan Iblis ke derajat yang serendah-rendahnya.

Takabur dapat terjadi karena amal atau kedudukan kita. Kita sering merasa menjadi orang yang penting dan mulia. Bayazid menyuruh kita menjadi orang hina agar ego dan keinginan kita untuk menonjol dan dihormati segera hancur, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Hanya dengan itu kita bisa mencapai hadirat Allah swt.

Para pencari ilmu..
Juga mudah jatuh di mata Allah karena sifat  ujub ini. Mereka merasa pandai, karena telah memiliki ilmu yang banyak.

 Suatu hari,
seseorang menghadap Rosullullah :
, “Ya Rasulallah, aku rasa aku telah banyak mengetahui syariat Islam. Apakah ada hal lain yang dapat kupegang teguh?”
Nabi menjawab, :
Katakanlah: Tuhanku Allah, kemudian ber-istiqamah-lah kamu.

Ujub dan Riya' ...
seringkali menguasai hati kalangan orang yang banyak beribadat. Orang sering merasa ibadat yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan.
Bahkan Ia menganggap ibadat sebagai investasi. Orang yang gemar beribadat cenderung jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadat dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan amat tersinggung bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya. Sebagai seorang ahli ibadat, ia ingin disambut dalam setiap majelis dan diberi tempat duduk yang paling utama.

Didalam  sebuah hadis,..
( diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad-nya), Suatu hari, dihadapan  Rasulullah saw ,  Abu Bakar menceritakan ada seorang sahabat yang amat rajin ibadatnya.
Ketekunannya menakjubkan semua orang. Tapi ,
Rasulullah tak berkomentar . Hal ini membuat para sahabat  bertanya-tanya. Tiba-tiba ,
orang yang dibicarakan itu lewat di majelis Nabi. Ia kemudian duduk di tempat itu tanpa mengucapkan salam.
Abu Bakar berkata kepada Nabi,
 “Itulah orang yang tadi kita bicarakan, ya Rasulallah.”
 Nabi hanya berkata, : “Aku lihat ada bekas sentuhan setan di wajahnya.”

Nabi lalu mendekati orang itu dan bertanya, “Bukankah kalau kamu datang di satu majelis kamu merasa bahwa kamulah orang yang paling salih di majelis itu?” Sahabat yang ditanya menjawab, “Allahumma, na’am. Ya Allah, memang begitulah aku.” Orang itu lalu pergi meninggalkan majelis Nabi.

Setelah itu Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat :
, “Siapa di antara kalian yang mau membunuh orang itu?” “Aku,” jawab Abu Bakar.

Abu Bakar lalu pergi tapi tak berapa lama ia kembali lagi, “Ya Rasulallah, bagaimana mungkin aku membunuhnya? Ia sedang ruku’.”

Nabi tetap bertanya, “Siapa yang mau membunuh orang itu?” Umar bin Khaththab menjawab, “Aku.” Tapi seperti juga Abu Bakar, ia kembali tanpa membunuh orang itu,
“Bagaimana mungkin aku bunuh orang yang sedang bersujud dan meratakan dahinya di atas tanah?”
Nabi masih bertanya, “Siapa yang akan membunuh orang itu?” Imam Ali bangkit, “Aku.” Ia lalu keluar dengan membawa pedang dan kembali dengan pedang yang masih bersih, tidak berlumuran darah, “Ia telah pergi, ya Rasulullah.”

Perpecahan.
Nabi kemudian bersabda, “Sekiranya engkau bunuh dia. Umatku takkan pecah sepeninggalku….”

Saudaraku,
 Selama di tengah-tengah kita masih terdapat orang yang merasa dirinya paling salih, paling berilmu, dan paling benar dalam pendapatnya, pastilah terjadi perpecahan di kalangan kaum muslimin.

 Nabi menegaskan,
 Ujub menjadi penghalang naiknya manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Penawarnya hanya satu, belajarlah menghinakan diri kita. Seperti yang dinasihatkan Bayazid .                                      Copas dari postingan Gus Nuril 🙏

Thursday, 18 January 2018

JANGAN BERTHARIQAH SEPERTI ANAK SD

JANGAN BERTHARIQAH SEPERTI ANAK SD
Oleh: Habib Lutfi bin Yahya

Hari ini kita di sini berkumpul dalam rangka haul Sayyidi Syaikh Ahmad at Tijani. Haul itu sangat penting dan landasan hukumnya berdasarkan al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam Bulughul Maram diterangkan, Rasulullah SAW tiap tahun ketika haul paman beliau, Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, berziarah ke makam Sayyidina Hamzah. Kalau berhalangan hadir, maka diwakilkan kepada Sayyidatina Fathimah.

Orang-orang yang dihauli, baik itu Sahabat, Auliya’, dan ‘Ulama, itu disifati oleh Allah dalam al Quran. Allah mensifati Sahabat dalam ayat,

ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭ ﺍﻟّﺬﻳﻦ ﻣﻌﻪ ﺃﺷﺪّﺍﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔّﺎﺭ ﺭﺣﻤﺎﺀ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺗﺮﺍﻫﻢ ﺭﻛّﻌﺎ ﺳﺠّﺪﺍ ﻳﺒﺘﻐﻮﻥ ﻓﻀﻼ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺭﺿﻮﺍﻧﺎ، ﺳﻴﻤﺎﻫﻢ ﻓﻲ ﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﺛﺮ ﺍﻟﺴﺠﻮﺩ .

Allah yang memberi sifat sahabat, yaitu: pertama, tegas terhadap kuffar dan terhadap kekafiran; kedua, ruhamaa-u baynahum, saling mengasihi sesama, tidak saling hasad dan saling serobot, tidak saling bermusuhan sesama sahabat, tidak saling menjatuhkan sesama sahabat, saling membantu, rukun, dan menjadi teladan umat.

Yang mengangkat derajat sahabat adalah Allah. Sahabat itu adalah orang yang berhadapan dengan Rasulullah dan beriman pada Rasulullah, walaupun buta.

Semua sahabat adalah waliyullah, sebab yang memilih sahabat adalah Allah sendiri. Sekali lagi, sahabat itu pasti auliya dan ulama. Auliya belum tentu sahabat, tapi sahabat pasti auliya. Dan diantara peran besar para sahabat adalah menjaga keutuhan Al Quran, sunnah Rasulullah, dan sejarah kehidupan dan perjuangan Rasulullah dan sahabat-sahabat lain.

Setinggi apapun maqam kewalian seseorang, tidak bisa melebihi maqam sahabat. Para sahabat itu menyaksikan kebesaran Rasulullah dan mu’jizat terbesar Rasulullah yaitu Al Quran. Jadi kedudukan dan maqam sahabat itu sangat kuat. Adapun Rasulullah menyaksikan kebesaran al Quran dan kesaksian Allah pada ciptaan-Nya sendiri.

Wajah para sahabat itu bercahaya, ini yang dinamakan min atsaris sujud, jadi bukan jidatnya yang hitam itu sebagai bekas sujud, kalau yang Cuma jidatnya hitam itu lebih tepat disebut min atsari karpet, bekasnya karpet. Para waliyullah itu takut kalau jidatnya hitam, takut itu menjadikan riya’. Adapun sahabat itu wajahnya bercahaya sangat berkilauan, dan ketika bangkit dari alam kubur wajahnya terang seperti bulan purnama.

Itu semua diawali dari wudhu para sahabat yang mencapai ke hati. Wudhu bukan hanya melaksanakan syarat dan rukun wudhu. Kalau cahaya wudhu sampai hati, maka timbul sifat tawadhu’ (rendah hati), dan tubuh tidak mau digunakan untuk maksiat. Jangankan digunakan maksiat, semisal kita melihat keburukan, mata ini tidak betah, pengennya pergi atau memejamkan mata. Tidak mau membuka aib atau melihat aib saudara sesama muslim dan sesama anak bangsa. Kalau melihat perempuan membuka auratnya, tidak mau melihatnya, karena menganggap itu aib saudaranya. Begitu juga dalam kehidupan berbangsa. Kalau kita menutupi aib saudara kita sebangsa, atau pejabat kita, atau Negara kita, maka bangsa lain pun tidak berani memojokkan bangsa kita. Bangsa lain memojokkan bangsa kita, tidak menghormati bangsa kita karena kita sendiri yang membuka aib bangsa kita.

Selain itu, contoh lain dari min atsaril wudhu’ adalah tutur kata kita bagus dan sopan. Orang jadi berwibawa karena tutur kata yang sopan. Salamatul insan fii hifzhillisan, selamatnya seseorang karena menjaga lisannya dari tutur kata yang tidak baik. Apa yang kita, orang dewasa, ucapkan itu akan ditiru juga oleh anak-anak. Jadi, yang tua harus memberi contoh yang baik pada yang muda, pada anak-anak.

Janganlah kita membuka aib seseorang di atas podium, walaupun kita tidak cocok terhadap seseorang. Allah ta’ala saja dalam al Quran memakai ada ketika mengingatkan, yaitu dengan kalimat yaa-ayyuhal ladziina aamanuu, yaa ayyuhan naas, tidak menyebut nama langsung, tapi wahai orang-orang beriman, wahai manusia, bukan wahai fulan bin fulan.

Kalau lisan kita terbiasa berdzikir maka buahnya adalah tutur kata yang baik. Berdzikir itu dilakukan karena kita perlu dan butuh pada Allah, dan juga kan mencari pahala itu tidak hanya dalam shalat. Selain itu, berdzikir itu untuk melatih dan membimbing lisan dan hati agar terbiasa ingat Allah. Oleh karena tidak ada yang melebihi sakitnya sakaratul maut, maka lisan dan hati harus dilatih dengan dzikir, apalagi dalam thariqah. Apa yang menjadi kebiasaan lisan kita itu yang akan muncul secara reflex saat sakaratul maut. Semisal, kalau lisan kita terbiasa mengucapkan alhamdulillah, kemudian kita berjalan tanpa sengaja terpeleset atau tersandung, maka biasanya reflex mengucapkan alhamdulillah. Tapi kalau yang biasa dilatih dan diucapkan kata kotor atau nama hewan, maka saat terpeleset atau tersandung batu ya kalimat nama hewan itu yang keluar dari lisannya.

Badan kita atau baju kita, tiga hari saja tidak dicuci maka baunya bikin orang lain tidak nyaman, bahkan kita sendiri pun tidak nyaman. Kalau badan kotor kita mudah membersihkannya, tinggal mandi. Tapi kalau hati kita yang kotor? Dalam sehari, berapa kali kita mencuci hati kita?

Allah ta’ala berfirman, alaa bidzikrillah tathma-innul quluub. Itulah cara kita mencuci hati kita yaitu dengan berdzikir. Karena penyakit hati itu harus dibersihkan agar jauh dari sifat tercela seperti ujub, sombong, riya’, hasud (iri hati), dan lain-lain. Adapun membersihkan hati itu dengan kalimat dzikir laa ilaaha illAllah. Kalau dalam membaca laa ilaaha illAllah ditata dengan baik dan diresapi dalam hati, maka kalimat laa ilaaha illAllah bisa membersihkan hati kita, sehingga hati penuh dengan laa ilaaha illAllah.

Kita ini dalam masuk thariqah jangan kayak anak SD yang suka pamer fadhail (keutamaan). Anak-anak kan kalau hari lebaran biasa pakai baju baru, biasanya itu saling pamer bagus-bagusan baju baru. kata si A, bagusan bajuku gambarnya pesawat, si B nggak mau kalah, si C juga nggak mau kalah. Semua rebutan bagus-bagusan baju baru lebaran. Masuk thariqah itu untuk wushul kepada Allah, bukan untuk fadhail. Kalau kita masuk thariqah kayak anak SD, maka thariqah dan dzikir kita hanya menghiasi lisan. Padahal, kalau thariqah sudah menghiasi bathin kita, maka saya jamin dunia damai.

Seminggu sebelum wafat, Sayyidi Syekh Al Imam Abul Abbas Ahmad bin Muhammad At Tijani keliling silaturrahim ke Ulama, memohon doa kepada para Ulama agar Husnul Khatimah, padahal sekelas al Imam Ahmad at Tijani itu wali Quthub, tapi masih mau bersilaturrahim dan memohon doa ke Ulama lain. Itu bentuk betapa tawadhu’nya al Imam As Syaikh Ahmad at Tijani.

Jangan kita bikin malu Imam Thariqah kita dengan cara kita berakhlak yang baik, tawadhu’, cinta Rasulullah dan Ulama. Sehingga kompak, saling tawadhu, dan saling mengangkat. Orang Qadiriy memuji orang Tijani, orang Syathari mengangkat orang Naqsybandiy, dan seterusnya, jadi sesama ahli thariqah, meskipun berbeda thariqah tapi saling memuji dan saling mengangkat. Ini harus saya sampaikan karena saya sebagai Rais ‘Aam Ahli Thariqah Mu’tabarah yang mana akan saya pertanggungjawabkan di dunia dan kelak di akhirat di hadapan Allah Ta’ala. Tunjukkan bahwa kita ini adalah bagian dari ahli laa ilaaha illAllah. []

*Sumber: www.matancirebon.org/2016/01/habib-luthfi-jangan-berthariqah-seperti.html?m=1

Pesan penting Habib Luthfi

Pesan penting Habib Luthfi dalam Penutupan Muktamar Jatman 12
Pekalongan, 18 Januari 2018

- Tahun 2018-2019 tahun politik, sehingga perlu mempersiapkan diri menjadi tauladan2 peredam bangsa, peredam ummat.
Sehingga paling tidak kita menjadi satu contoh cermin untuk ketenangan ketentraman penduduk Indonesia.
Bangsa ini ingin kesejukan dan ketenangan, maka sudah menjadi kewajiban kita berpartisipasi, bukan dalam hal politik tapi mensupport agar masyarakat tenteram dan tenang
Sehingga akan melahirkan ekonomi yg baik, tholabul ilmi yg baik, ibadah juga baik dan yang lain juga menjadi baik.
Jangan sampai jumiah thoriqoh kena imbas kena geluombang tahun politik

-Terpilihnya menjadi Rais Aaam,bukan sebagai kebanggaan tetapi amanat yg luar biasa dari ulama2 (waratsatil ambiya)
Untuk itu mohon didoakan agar diberi kekuatan dhohiron wa batinan.
Sehingga menjadi orang2 yg diterima Allah dalam hal amal ilmu
Sehingga menjadi percontohan yang selalu dibimbing oleh para mursyid2 kita yg kesemuanya tidak terlepas (terkait)

- Semua Thoriqoh silsilahnya terkait, Syadzaliyah terkait dengan Qodiriyah, Syathoriyahpun punya sanad yg masuk ke Syadzaliyah
Alawiyah terkait  kakak adik dengan thoriqoh Syadzaliyah walaupun kebawahnya sedikitnya berbeda sanadnya,  tetapi ke atasnya sanadnya muaranya menjadi 1.
Itu baru jalur ditengahnya saja semuanya menjadi 1, belum ke Rasulullah

Seperti Syech Abil Hasan Asy Syadzili mengambil thoriqoh dari Syech Abi Madyan Al Maghrobi >> Syech Aburrahman Al Atthori Al Maghrobi >> Sulthonul Auliya Syech Abdul Qodir Al Jilani
Thoriqoh Syatoriyah ada yg masuk jalur Syech Abil Hasan Asy Syadzili
Thoriqoh Samaniyah ada yg masuk jalur Sulthonul Auliya Syech Abdul Qodir Al Jilani
Maka penganut thoriqoh sangat terkait erat satu sama lain.
Jika ada oknum yg pecah belah, berarti belum mampu mengamalkan apa yg diajarkan syaikhona wa mursyiduna

- Alhamdulillah Thoriqoh Indonesia menjadi percontohan dalam hal kesatuan ini. Di luar negeri kecemburuan sosial sangat mencolok.
Dirintis mulai Ki Mushlih Mranggen dan sesepuh terdahulu yang mana bisa mempersatukan 41 Thoriqoh Al Mu'tabaroh.

- 1 Thoriqoh mempunyai banyak cabang, seluruh dunia 300 cabang Thoriqoh. Habib Luthfi diminta untuk mempersatukan Jamiyah Thoriqoh di seluruh dunia.
InsyaAllah bulan Maret akhir (jakarta atau Pekalongan), untuk mengumpulkan Thoriqoh seluruh dunia menjadi Muktamar Aam Thoriqoh se Dunia.
Rencananya akan diadakan di Jakarta atau Pekalongan, sehingga Indonesia menjadi muara thoriqoh seluruh dunia yg bersumber di Indonesia

- Salah satu tugas Jam'iyah Thoriqoh Indonesia membantu menjaga NKRI HARGA MATI
BELA NEGARA SUDAH MENJADI KEWAJIBAN AHLUT THORIQOH AL MU'TABAROH

=========
Ditulis oleh Team Majlis Ta'lim Darul Hasyimi dari ceramah Maulana Habib Luthfi bin Yahya

Semoga beliau panjang umur dalam kesehatan yang sempurna dan semoga apa yang beliau cita-citakan terwujud segera.
Aamiin
https://youtu.be/1Fv5ylwjLXU

Wejangan KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur)..

Semangkuk Sup Rohani

Wejangan KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur)..
Jika Allah memudahkan bagimu mengerjakan sholat malam..
Maka janganlah memandang rendah orang orang yang tidur.

Jika Allah memudahkan bagimu melaksanakan puasa,.
Maka janganlah memandang rendah orang orang yg tidak berpuasa dengan tatapan menghinakan.

Jika Allah memudahkan bagimu membuka pintu untuk berjihad
Maka janganlah kamu memandang rendah orang orang yang tidak berjihad dengan pandangan meremehkan.

Jika Allah memudahkan dirimu dalam mengais rezeki bagimu
Maka jangan memandang rendah orang orang yang berhutang dan kurang rejekinya dengan pandangan yang mengejek & mencela.

Karena itu semua adalah titipan Allah yang suatu saat akan kau pertanggung jawabkan.

Jika Allah memudahkan pemahaman agama bagimu
Maka janganlah meremehkan orang orang yang belum paham dengan pandangan hina

Jika Allah memudahkan ilmu bagimu
Maka janganlah kamu sombong & bangga diri
Karena Allah-lah yang memberimu pemahaman itu.

Boleh jadi orang yang tidak mengerjakan qiyamullail, puasa, tidak berjihad dsb,
Mereka lebih dekat ke Allah daripada dirimu.

#Sang Guru Bangsa & Semoga wejangan ini bermanfaat, Insyaa Allah  khususnya buat diri saya sendiri. Aamiin.

خصوص الئ روح Gus Dur
الفاتحة...

Wednesday, 17 January 2018

Rahasia dan keutamaan Zikirullah

Rahasia dan keutamaan Zikirullah
zikir terdiri dari berbagai peringkat dan berbagai lafaz. Zikrullah yang paling baik ialah kalimah Tayyibah, La-Ilaha Illa-Allah.
Peraturan mengerjakan zikrullah
1. Suci dari hadas besar dan hadas kecil.
2. Menghadap Qiblat
3. Menutup aurat
4. Dimulai dengan hadiahkan fatihah kepada Rasulullah Salla-Allahu 'Alaihi WaSallam, Ahlul Bait, Sahabat serta sekalian Aulia' Allah.
5. Disudahi dengan doa
Cara mengerjakannya pada peringkat permulaan ialah dengan menyebut dengan lidah atau disebut zikir lisan secara kuat berserta dengan ingatan didalam hati akan kebesaran dan keagungan Allah. Ketika melafazkan zikir ini hati hendaklah turut merasakan kehebatan Allah meliputi seluruh alam. Jumlah zikir tiada hadnya. Lebih banyak seseorang melakukan zikrullah ini pada bilangannya lebih berkesanlah pada batin hatinya.
Apabila zikrullah ini dijadikan wirid, iaitu dilakukan secara terus menerus setiap hari pada bilangan tertentu sehingga memenuhi hatinya dan bercahaya2 maka cahaya zikir yang memenuhi hati ini akan melimpah pula ke seluruh jasad meliputi darah, daging, urat dan tulang.
Pada peringkat2 seterusnya seseorang akan merasakan kemesraan zikir ini pada ruh dan nafas. Kesudahannya seseorang itu akan melihat dirinya diliputi zikrullah; daripada lidah, hati, aqal, nafas dan ruh semuanya berzikir.
Pada peringkat permulaan seseorang perlu menyebutkan ucapan zikirnya dengan lidahnya secara berbunyi. Kemudian
peringkat demi peringkat zikir mengalir ke dalam diri, turun kepada hati, naik kepada roh dan seterusnya pergi semakin jauh iaitu kepada bahagian rahsia-rahsia, pergi lagi kepada yang lebih jauh iaitu bahagian yang tersembunyi sehinggalah kepada yang paling tersembunyi daripada yang tersembunyi. Sejauh mana zikir masuk ke dalam, peringkat yang dicapainya, bergantung kepada sejauh mana Allah dengan kemurahan-Nya membimbing seseorang.
Selain dari mengerjakan zikrullah dengan cara tertib ini, zikrullah dalam hati wajib diteruskan juga diluar; ketika makan, minum, sedang bekerja dsb. Pada peringkat permulaan keadaan ini memang sukar dilakukan. Tetapi jika diwiridkan sebagaimana tersebut diatas, mudah2an Allah Ta'ala akan memberi pertolonganNya sehingga seseorang dapat sentiasa berzikrullah.
Didalam Toriqat Sufiyyah, zikir La-Ilaha-Illallah serta zikir2 yang lainnya dikerjakan mengikut beberapa panduan, syarat, dan aliran garisan kalimah. Ini perlu dilakukan dengan mengambil talqin daripada Shaikh pemimpin kerohanian. Hasil daripada zikrullah yang dikerjakan melalui Ilmu Toriqat Sufiyyah jauh lebih berkesan dan lebih manfaatnya kepada keteguhan Iman dan Taqarrub Ilallah.
Zikir yang dilakukan dengan pimpinan guru Ma'rifat adalah jauh lebih berkesan kepada hati kerana ianya mempunyai silsilah dan adab2 yang khusus bagi mencapai keteguhan hati dan Iman.

Tuesday, 16 January 2018

WASIAT IMAM HASAN AL BASHRI RA.

WASIAT IMAM HASAN AL BASHRI RA.

"Engkau tidak akan memperoleh hakikat iman, selagi engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang terdapat juga pada dirimu sendiri."

"Perbaikilah aibmu, baru kemudian perbaiki aib orang lain."

"Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan tampak aib orang lain yang harus kau perbaiki, dan akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri."

"Dan sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah SWT adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri."

"Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak ada hari seperti hari kiamat, hari dimana aib-aib terbuka dan mata menangis."😭

Sejarah Singkat Perjalanan Organisasi JATMAN

Sejarah Singkat Perjalanan Organisasi JATMAN :
Pertama kali organisasi thariqah didirikan bernama JATM (Jamiyah Ahli Thariqah al-Muktabaroh) didirikan tahun 1957, pendiri JATM adalah :
1) Syaikh KH. Muslih bin Abdurrohman Mranggen;
2) Syaikh KH. Masruhan Mranggen;
3) Syaikh KH. Nawawi Berjan;
4) Andi Patopoy (Bupati Grobogan dari NU);
5) KH. Khudlori Tegalrejo;
6) KH. Mandzur Temanggung;
di pesantren API Tegalrejo Magelang, asuhan KH. Khudlori:
Muktamar I tahun 1958 memutuskan Rois Amm (1) : Syeikh KH. Baidlowi bin Abdul Aziz
(Pengasuh PP. al-Wahdah Lasem Rembang, beliau Mursyid thariqah Syattariyyah)
Muktamar II tahun 1963 memutuskan Rois Amm (2) : KH. Hafidz Rembang
Tahun 1968, Rois Amm (3) digantikan : KH. Arwani Kudus
Muktamar III tahun 1973, memutuskan Rois Amm (4), KH. Musta'in Romli
Muktamar NU 1979, organisasi JATM berubah menjadi JATMAN (Jamiyah Ahli Thoriqoh Al-Muktabaroh an-Nahdliyah) , sekaligus muktamar I bagi JATMAN, perbaikan dan penambahan struktrur organisasi. Memutuskan Rois Amm (1) : KH. Muslih bin Abdurrohman Mranggen.
Muktamar II 1984, di ponpes Paiton, memutuskan Rois Amm (2): KH. Muhammad Arwani Amin Kudus,
Mudir Amm : KH. DR. Idham Kholid
Muktamar III, di Ponpes Futuhiyyah, Mranggen Demak 1989, memutuskan Rois Amm (3): KH. Muhammad Adlan Aly (Pengasuh Ponpes Maskumambang, Dukun Sedayu Gresik)
Menjabat hanya 1 tahun, digantikan oleh Wakil Rois Amm, sebagai Rois Amm (4) : KH. Ahmad Muthohar bin Abdurrohman (Pengasuh Ponpes Futuhiyyah Mranggen Demak).
Mudir Amm tetap dipegang : KH. DR. Idham Kholid,
Muktamar IV tahun 1994 di Malang, Memutuskan tetap Rois Amm : KH. Ahmad Muthohar bin Abdurrohman
Mudhir Amm tetap : KH. DR. Idham Kholid.
Muktamar V tahun 2000 di Pekalongan, memutuskan Rois Amm (5) : Habib Lutfi bin Yahya,
Mudir Amm : KH. Lutfi Hakim Muslih
Muktamar VI tahun 2012 di Malang, memutuskan Rois Amm tetap : Habib Lutfi bin Yahya, sampai sekarang
Mudir Amm : KH. Abdul Mu'ti Nurhadi, SH, Surabaya (alm)
(Sumber Buku Gerakan Sufi Kontemporer, Geliat Jatman dalam Pengembangan Keorganisasian 2012 - 2015 oleh Prof. DR. Abdul Hadi bin KH. Ahmad Muthohar - Wakil Mudhir Amm Jatman)

Thursday, 11 January 2018

Zuhud dan Kemewahan Dunia

*ZUHUD DAN KEMEWAHAN DUNIA.*

Seringkali telinga kita sudah familier dengan kata-kata zuhud. Dan anehnya ketika tersebut dengan kata  zuhud, gambaran kita adalah sosok yang lusuh  compang-camping, berbau, dan jauh dari kemewahan. Padahal defini zuhud sendiri yang dinukilkan dari kitab Risalatul Qusyairiyah,
Menurut Imam Sufyan Ats-Tsauri, adalah memperkecil cita-cita bukan memakan sesuatu yang keras dan bukan pula memakai pakaian mantel yang kusut. Menurut Ibnu Jala’, yang dimaksud zuhud adalah memandang dunia hanya pergeseran bentuk yang tidak mempunyai arti dalam pandangan. Sedangkan menurut Abu Sulaiman Ad-Darani, arti zuhud adalah meninggalkan aktifitas yang mengakibatkan jauh dari Allah SWT.

Pada zaman para sahabat sendiri, ada orang kaya raya tapi juga zuhud, dan ada pula yang miskin tapi juga zuhud.
Zuhud itu hanya soal ketergantungan hati.
Jika memiliki benda benda mewah, dan hatinya tidak terpaut kepada dunia hal ini dinamakan zuhud. Dan jika orang yang papa tapi hatinya berlebihan dalam cinta dunia ini  bukan zuhud. Dan orang yang miskin dan papa akan tetapi hatinya bergantung terus kepada Allah inilah yang dinamakan zuhud.

Sebuah cerita dari guru kami Habib Ali Al Jufri tentang makna zuhud dan implementasi dari dua sudut pandang.

Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib cucu baginda Nabi Muhammad SAW. Imam pada zamannya, panutan  kaumnya. Beliau selalu dalam keadaan memakai pakain yang paling baik dan mahal. Sehingga sahabatnya dari golongan orang orang zuhud dan berpakaian lusuh  bertanya;
" mengapa engkau memakai pakaian seperti ini, padahal engkau adalah pemimpin umat ?"
" Bukankah kita di ajarkan untuk zuhud terhadap dunia ?"

Beliau menjawab, dengan tenang;

"  Pakaianku ini berkata;
‎انا غني عما في ايديكم
Iniloh, saya kaya, saya tidak butuh terhadap pemberian kalian"

Sedangkan di satu sisi, Uwais al Qoroni, seseorang yang jika ia berdoa maka pasti akan dikabulkan seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, hingga  pemimpin khalifah pada saat itu Umar bin Khottob dan Ali bin abi Tholib mencari carinya untuk meminta doa dan menemuinya dalam keadaan pakaian yang compang camping sedangkan ia  makan dari sisa-sisa tumpukan sampah di pasar.
Beliau berdua adalah sosok yang zuhud, sosok yang dunia tidak bisa melalaikan keduanya dari pada mengingat  Allah SWT. Dua sosok yang berbeda tapi memiliki makna yang sama, yakni ketergentungannya hanya kepada Allah semata.

Kemudian jika kita runtut, ada Imam Abu Hasan as-Syadzili, Ibnu Hajar al Asqolani, mereka adalah Ulama yang kaya raya tapi dengan kekayaannya tidak sampai melupakan Allah yang maha esa.
Pada saat ini kita bisa menyaksikan beliau Al Mukarrom KH. Nurul Huda Jazuli Ploso kediri, al Maghfurlahu RKH.M.Badruddin Anwar, Annur Malang, dan masih banyak yang lainnya.

Akan tetapi kita juga tidak boleh _ngoyo_ , ingin di anggap zuhud dengan sebab kemewahan, atau ingin dianggap zuhud sebab kemiskinan, berlakulah sesuai maqom masing-masing.  _Dilakoni opo enek’e_ Seperti yang dituturkan oleh Hikam ibnu athoillah as Sakandari.
‎ِارَادَتُكَ التَّجْرِيْدَ مَعَ اِقَامَةِ اللهِ اِيَّكَ فِى الأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الخَفِيَّةِ , وَاِرَادَتُكَ الاَسْبَابَ مَعَ اِقَامَةِ اللهِ اِيَّكَ فِى التَّجْرِيْدِ اِنْحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ العَلِيَّةِ

 “Kehendakmu untuk menggapai maqom tajrid padahal kehendak Allah SWT mendudukkanmu di maqom asbab adalah merupakan kehendak syahwat yang halus. Dan kehendakmu untuk menduduki maqom asbab padahal Allah SWT mendudukkanmu di maqom tajrid, berarti engkau telah turun dari tingkat derajat yang tinggi”.

Jika masih belum paham tulisan ini dibaca lagi pelan pelan sambil mengingat tembang lagu Bu Nyai Nela Kharisma; Kalem-kalem wae, ojo cepet cepet mengko keserimpet. Hahahah

Kuat di lakoni ora kuat ditinggal ngopi.
Kel....kel...kel...


Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad
Pondok Pesantren annur2.net Bululawang Malang.

Wednesday, 10 January 2018

Tauladan Syekh Abdul Hamid Pasuruan

*Tauladan Syekh Abdul Hamid Pasuruan*

*"Beliau bersikap hormat pada siapapun. Dari yang miskin sampai yang kaya, dari yang jelata sampai yang berpangkat, semua dilayaninya, semua dihargainya. Misalnya, bila sedang menghadapi banyak tamu, beliau memberikan perhatian pada mereka semua. Mereka ditanyai satu per satu sehingga tak ada yang merasa disepelekan. “Yang paling berkesan dari Kiai Hamid adalah akhlaknya: penghargaannya pada orang, pada ilmu, pada orang alim, pada ulama. Juga tindak tanduknya,” kata Mantan Menteri Agama, Prof. Dr. Mukti Ali, yang pernah menjadi junior sekaligus anak didiknya di Pesantren Tremas".*


*"Beliau sangat menghormat pada ulama dan habaib. Di depan mereka, sikap beliau layaknya sikap seorang santri kepada kiainya. Bila mereka bertandang ke rumahnya, beliau sibuk melayani. Misalnya, ketika Sayid Muhammad ibn Alwi Al-Maliki, seorang ulama kondang Mekah (yang baru saja wafat), bertamu, beliau sendiri yang mengambilkan suguhan, lalu mengajaknya bercakap sambil memijatinya. Padahal tamunya itu lebih muda usia".*

*"Sikap tawadhu’ itulah, antara lain, rahasia “keberhasilan” beliau. Karena sikap ini beliau bisa diterima oleh berbagai kalangan, dari orang biasa sampai tokoh. Para kiai tidak merasa tersaingi, bahkan menaruh hormat ketika melihat sikap tawadhu’ beliau yang tulus, yang tidak dibuat-buat. Derajat beliau pun meningkat, baik di mata Allah maupun di mata manusia. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW., “Barangsiapa bersikap tawadhu’, Allah akan mengangkatnya.”*

*"Beliau sangat penyabar, sementara pembawaan beliau halus sekali. Sebenarnya, di balik kehalusan itu tersimpan sikap keras dan temperamental. Hanya berkat riyadhah (latihan) yang panjang, beliau berhasil meredam sifat cepat marah itu dan menggantinya dengan sifat sabar luar biasa. Riyadhah telah memberi beliau kekuatan nan hebat untuk mengendalikan amarah".*

*"Beliau, misalnya, dapat menahan amarah ketika disorongkan oleh seorang santri hingga hampir terjatuh. Padahal, santri itu telah melanggar aturan pondok, yaitu tidak tidur hingga lewat pukul 9 malam. Waktu itu hari sudah larut malam. Beliau disorongkan karena dikira seorang santri. “Sudah malam, ayo tidur, jangan sampai ketinggalan salat subuh berjamaah,” kata beliau dengan suara halus sekali".*

Monday, 8 January 2018

Tanda Cinta Kepada Allah SWT

Ada sebuah kisah, sewaktu masih kecil, Sayidina Husain (cucu Rasulullah Saw.) bertanya kepada ayahnya, Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw: "Apakah engkau mencintai Allah?"
Sayyidina Ali kw menjawab, "Ya".
Lalu Sayidina Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu (Nabi Saw.) ?"
Sayyidina Ali kw kembali menjawab, "Ya".
Sayidina Husain bertanya lagi: "Apakah engkau mencintai Ibuku?"
Lagi-lagi sayyidina Ali menjawab,"Ya".
Sayidina Husain kecil kembali bertanya: "Apakah engkau mencintaiku?"
Sayyidina Ali bin abi tholib kw menjawab, "Ya".
Terakhir Sayidina Husain yang masih polos itu bertanya, "Ayahku, bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?"
Kemudian Sayidina Ali kw menjelaskan: "Anakku, pertanyaanmu hebat! Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Saw.), ibumu (Fatimah ra) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah".
Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Swt. Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.
Dalam kitab Al-Mahabbah, al Imam Al-Ghazali qs mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54).
Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah).
Ada seorang murid bertanya kepada Gurunya, “ Guru apakah tanda seseorang itu cinta kepada Allah..?”
Sang Guru menjawab, “Orang tersebut mencintai dan menyayangi makhluk-Nya.”
Dalam kitab Su'bul Iman diterangkan bahwa salah satu cabang dari iman adalah menyingkirkan duri dari jalan, agar secara fisik orang tidak terluka karena duri tersebut. Secara hakikat kita harus menghilangkan duri-duri"penyakit-penyakit" dari hati kita, agar tindakan dan ucapan kita tidak menyakiti orang lain.

Saturday, 6 January 2018

Tingkat Ilmu Setan

Tingkat Ilmu Setan
...
Setan tingkat PAUD - TK ngajari manusian untuk mengatakan
.
Iman itu apa ?
.
Setan tingkat SD - ngajari manusia untuk mengatakan
.
Iku kan jare to ?
.
Setan tingkat SMP - ngajari manusia untuk mengatakan
.
Saksi itu harus melihat - weruh be ora kok bersaksi 
.
Setan tingkat SMA/SMK - ngajari manusia untuk mengatakan
.
Kabeh wis neng awake dewe
.
Setan tingkat MAHA SISWA - mengajari manusia untuk mengatakan
.
Ga ada wujudnya kok disembah
.
Setan tingkat sarjana mengajari manusia untuk
.
mempercayai ratu kidul
.
Setan tingkat S.2 sampe PROFESOR mengajari manusia untuk
Membela setan
.
Setan itu jg sama2 makhluk Allah - ga boleh dibenci
.....
Sesungguhnya Kami 
telah 
menjadikan setan setan itu pemimpin
bagi 
orang orang yang tidak beriman
(al a'raf 27)

ILMU MARIFAT ISLAM SUNAN LAWU

ILMU MARIFAT ISLAM SUNAN LAWU
Menyikap Ajaran Ma'rifat Islam melalui
Huruf Hijaiyyah.
Bismillahir rahmaanir rahiim.
Huruf Hijaiyyah adalah huruf Al Qur'an,huruf milik Suku Quraisy sukunya Nabi Muhammad Saw ,jadi bukan huruf Bangsa Arab.sama halnya dengan huruf Jawa tidak sama dengan huruf Indonesia.pada diri manusia itu banyak terdapat huruf Hijaiyyah dan untuk mengenal dan mengerti huruf ini kita perlu mendalami ilmu Tajwid terlebih dahulu.mendalami da mengerti di sini bukan hanya menguasai dalam membacanya saja atau menulisnya saja tetqpi harus mengetqhui maknanya yg tersirat juga inilah huruf Hijaiyyah tsb :
ا ب ت ث ج ح خ دذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه لاءي
yang terlihat jumlahnya ada 30 buah.padahal bila kita perhatikan dengan yang sebenarnya maka menjadi 33 huruf.coba perhatikan dengan seksama :
LAM ALIF لا : bukanlah ini dua huruf ?....
ALLOH : اﷲ lam awal dan lam akhir bukankah ini dua huruf..?...
Lalu perhatikan pada kalimat BISMILLAHI بسماﷲ pada kalimat ini terdapat huruf ب bila di tulis panjang artinya ada huruf ALIFnya yg tersembunyi.
Sekarang kita hitung sejenak maka hanya akan ada satu Alief saja padahal sesungguhnya bila kita teliti debgan benar Alief pada Huruf Hijaiyyah itu ada 5 buah coba perhatikan :
LAM ALIF ( لا) kita temukan satu alif lagi bukan ?...
THO ط ada Alief nya lagi bukan ?.....
ZHO ظ ada Alief nya lagi bukan ?......
BISMILLAH بسماﷲ ada Alief nya yg tersembunyi di depan huruf BA' bukan...?
Alif yang pertama.
Bila huruf Hijaiyyah ternyata ada 33 huruf maka kitab suci Al Qur'an pun pasti terdiri daru 33 JUZ dan inilah yang disebut dengan Al qur'anul Karim.lalu mana yg 3 Juz tadi ?.......
Yang 3 juz tadi adalah : Juz Amma ( Surah Al Ikhlas,Al Falaq,An Nas).
Juz Amma ini selalu di tulis pada bagia Akhir hanya saja dewasa inu Al Qur'an banyak di Tafsir kan oleh golongan Syareat dan mengenai Juz Amma ini di campur adukkan.
Sekarang perhatikan pada huruf :
A'IN ع artinya : ILMU.
HAMZAH ء artinya : AMAL.
Kedua huruf ini harus ada pada diri manusia karena merupakan Pelengkap .kemudian bila kita tulis kalimat ALLOH mengapa ada huruf Ha? Dan dr mana asalnya ?dst dst...
Sedangkan lagi bila kita menulis Terpisah seperti :
ADAM menjadi ADAMU.
IBRAHIM.....IBRAHIMU
YUSUF.......YUSUFU
Dan huruf ق membacanya harus dalam mulut ( tenggorokan) yg tersirat dari huruf ini adalah gambar janin pada diri manusia.di kepalanya masih memiliki 2 buah senjata ampuh ( HAQ) yaitu :
LAILATUL QODAR dan WAHYU TAJALI.
Huruf ك membacanya di luar mulut.ini bearti sudah di lahirkan di nyatakan sebagai Muhammad.محمد.
Huruf ي merupakan gambaran sangkakala BANGSA ARAB dan dari kata itu sendiri menyatakan akhir dr KEPUTUSAN/KEMATIAN.
Pada golongan Syariat Islam banyak kita jumpai bila kita sedang menghadapi orang yg dalam keadaan SAKARATOL MAUT mengapa selalu di Bacakan YASIN...??
Huruf ي dan س. Sekarang marilah kita hitung kedua huruf ini mempunyai Harokat 18 yg bearti :
1+8=9.hal ini tidak salah.tetapi sangat kasihan bagi yg sedang menghadapi Sakaratol Maut.karena dia akan LAMA MATINYA.
Bila kita menghadapi orang yg sedang Sakaratol Maut dengan membaca surah Al Kahfi niscaya orang tsb akan mudah dan cepat Meninggalnya / Cepat Matinya.(,ingat mendoakan orang cepat mati adalah dosa.kecuali saat sakaratul maut*pen)
Sebab Harokat ي ( YA'),dan ك ( KAF) mempunyai harokat 9 Juga.sama-sama 9 harokat.tetapi waktunya lebih Pendek.
Bila kita mengkaji huruf ALIF dan QOF (ق) itu sama saja sedang mengkaji mengkaji ILMU TAKHALLI.
Dan bila kita mengkaji Huruf Kaf sampai Ya' ini di sebut mengkaji Ilmu Tajali.jadi bila kita sedang mengkaji ( bukan membaca),semua huruf Hijaiyyah itu sama saja kita sedang membaca KITAB KIDAM MA'NA.
Membaca suratul Kahfi bagi orang yg sedang Sakaratol Maut itu sama saja dengan kita sedang mengingatkan dia akan semua perlengkapan yg harus dibawanya kembali ke USUL ( ALAM LAUHIL MAHFUS).
Inilah Huruf- huruf yang memiliki Harokat 10 (,sepuluh) antara lain :
ك ل م ن و ها لا ءي
Huruf-huruf tersebut sama dengan Harokatnya :
BISMILLAH

Friday, 5 January 2018

Tarekat Akmaliyah Syekh Siti Jenar

# Tarekat Akmaliyah Syekh Siti Jenar # edisi sekedar wawasan


"Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapantersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan (maksudnya tahap syariat (sholat,zakat,puasa dll),dst..)

Bagi syekh siti jenar, bentuk lafadz istighfar, shalawat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntun manusia untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka. kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia, yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya, kemudian menghampirinya untuk manunggal dalam keabadian. sehingga matra-matra dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian. saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum menuju haribaanya.
Jika anda berhasrat kuat untuk mengikuti jalan kami maka yang wajib anda sadari pertama-tama adalah kenyataan yang terkait dengan cara/thariq kami yang berbeda pada umumya yang dianut manusia. maksudnya, tarekat yang kami anut tidak mengenal adanya pir atau mursyid. karena yang disebut pir atau mursyid, menurut cara kami berada dalam diri manusia sendiri.sementara keberadaan guru hanya terbatas sebagai petunjuk untuk menuntun langkah awal seorang salik dalam guru sejati.
Dengan penjelasan ini hendaknya anda pahami bahwa pada cara kami tidak mengenal adanya wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia. satu-satunya wasilah dan rabhitah adalah nur muhammad, yang ada didalam diri manusia. lewat nur muhammad itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber. Anda boleh menamai cara ini sesuka hati anda, namun hendaknya anda ketahui bahwa Nabi Muhammad al-Musthafa SAW telah mewariskan dua cara kepada manusia.
-Cara yang pertama adalah tarekat Al-akmaliyah yang diwariskan lewat hadrat Ali bin Abu Thalib. tarekat yang akan anda pelajari dari syekh siti jenar adalah tarekat al akmaliyah. “sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya bahwa pertama-tama tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia karena pada hakikatnya sudah ada pada diri tiap manusia.
-Kedua pir atau mursyid didalam diri manusia itulah yang disebut nur muhammad, yang akan menjadi penuntun sang salik di dalam menuju dia. karena itu, tarekat al-akmaliyah tidak mengenal wasilah dan rabithah dalam bentuk manusia. Wasilah dan rabithah dalam tarekat al-akmaliyah tidak dikenal adanya silsilah pir atau mursyid berdasar asas keturunan.
-Ketiga, para salik yang berjalan melewati tarekat al-akmaliyah wajib berkeyakinan bahwa segala sesuatu termasuk tarekat ini adalah milik Allah. itu berarti, keberadaan tarekat beserta seluruh pengikutnya adalah semata-mata karena kehendak Allah. dengan demikian, para pengikut tarekat ini hendaknya tidak membanggakan diri sebagai pendiri atau penguasa tarekat.
Anda tentu pernah mendengar kisah syaikh hussein bin mansyur al hallaj yang dihukum cincang dan mayatnya di bakar oleh al-muqtadir? dia adalah pengamal ajaran tarekat al-akmaliyah. Namun, murid-muridnya kemudian mendirikan tarekat hallajiyah. itu boleh dan sah-sah saja, walaupun akhirnya Hallajiyah tenggelam karena pengikut-pengikutnya membentuk lembaga baru dengan susunan hirarki kepemimpinan rohani atas dasar seorang manusia. sementara tarekat al-akmaliyah tetap lestaari hingga sekarang.
Antara Tarekat Al-akmaliyah dan Tarekat Al-anfusiyah hakikatnya sama, hanya nama saja yang berbeda. karena, Akmaliyah berasal dari Al-kamal, yakni pengejawentahan dari al-kamal yang dibentuk oleh al-jalal dan al-jamal.
Al-kamal itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan ruh al-haqq dimana tersembunyi al-haqq. Al-kamal atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil. Sementara itu, Anfusiyah berasal dari al-anfus, an-nafs al-wahidah, yakni pengejawentahan an-nafs al-illahiyyah. an-nafs al-wahidah itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan roh-nya, yakni roh al-haqq di mana tersembunyi al-haqq. an-nafs al-wahidah atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil.
#Semua tarekat itu benar, hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda. justru cara itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi cara yang di ikutinya hingga menafikan cara yang lain. sebab, dengan itu sebenarnya sang salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuanya yang kerdil. berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak Allah.
Karena kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah miliknya. itulah sebabnya, dalil awal yang wajin dipatuhi oeleh seorang salik Akmaliyah adalah meyakini jalan lurus/sabil huda yang digelar oleh Allah kepada hamba-hamba yang mencarinya tidaklah tunggal/ wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulan.
Hal yang paling penting anda pahami lagi adalah Tarekat al-akmaliyah ini hanyalah suatu cara untuk melewati jalan lurus. jadi jangan beranggapan bahwa cara ini adalah segala-galanya. artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan cara ini dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat sampai kepadanya. sebab keputusan terakhir ada di tangan-Nya juga. artinya sangat terbuka kemungkinan pengamal cara ini justru akan tersesat jalan, jika Dia menghendaki demikian.
Adapun sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara Akmaliyah, dapat saya jelaskan sbb: pertama-tama yang harus anda pahami bahwa Allah tujuan akhir kita, adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun/ laisa kamitslihi syaiun. karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa untuk menuju dia, seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti daud dan sulaiman, namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah kepadan-Nya.
Hendaklah anda sadari bahwa perjalanan menuju Dia, subhanahu wa ta’ala, bukanlah perjalanan ajaib yang langsung secara gampang dalam tempo satu hari atau satu pekan. perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan. karena harus melampui tujuh rintangan besar, yaitu tujuh lembah kasal, tujuh gunung riya’, tujuh rimba sum;ah, tujuh samudera ‘jub, tujuh benteng hajbun. Semua rintangan itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi, Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita /Qs.an-Naba’78:12sebagaimana bumipun berlapis tujuh /Qs.ath-Thalaq 86:12 dan samuderapun berlapis tujuh /Qs. Luqman 31:27. bahkan neraka bertingkat tujuh /Qs. al-Hijr 15:44. tidaklah anda ketahui bahwa surgapun berlapis tujuh. Tidaklah anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada-Nya manusia telah diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Qur’an/Qs. al-Hijr 44:87 untuk berhubungan dengan-Nya?(Qs. al-Hijr 15:87). Tidaklah anda sadari bahwa saat anda sujud maka tujuh anggota badan anda yang menjadi tumpuan??” Namun, diantara tujuh hal yang terkait dengan alam semesta ini, yang paling penting anda sadari adalah tujuh lapis hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia yang di beri tujuh tahap usia, yakni radhi, fathim, shabiy, ghulam, syabb, kuhl, dan syaikh; yang berkait dengan tujuh nafsu manusia, yakni musawwilah, hayawaniyah, ammarah, iwwammah, mulhamah, muthma’inah, dan wahidah. sebab dengan menyadari adanya tujuh nafsu manusia maka anda akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang wajib anda lampui untk menuju kepadan-Nya. dan sekali lagi ingat-ingatlah bahwa perjalan rohani bukan perjalanan ajaib yang bisa tercapai dalam waktu singkat.
Rasulullah sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat untuk mencapai tahap bertemu jibri AS di gua hira. dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan tekun dan istiqomah hingga beliau mengalami isra’mi’raj: menghadap ke hadirat al-khaliq.””” Terdapat hubungan sekaligus perbedaan pelaksanaan antara tarekat akmaliyah dengan tarekat syatariyah. tarekat al-akmaliyah untuk dirimu pribadi, sedang tarekat syatariyah untuk engkau ajarkan khalayak ramai. wajib engkau ingat-ingat bahwa apa yang disebut tarekat itu pada dasarnya memiliki hakikat tujuan yang sama, meski nama dan caranya seolah-olah berbeda. itu sebabnya , jika engkau teliti benar keberadaan semua tarekat maka akan engkau dapati jalan lurus dan cara yang mirip satu dengan yang lain. di dalam beberpa tarekat misalnya, akan engkau dapati pemaknaan inti dari hakikat istighfar, salawat, tahlil dan nafs al-haqq yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan dzikir sirri.
Semua tarekat pasti mengajarkan istighfar, salawat, tahlil dan nafs al-haqq.
Semua tarekat pasti mengajarkan rahasia Muhammad sebagai pintu dan kunci untuk membuka hijabnya. Ada penjelasan mengapa tidak tarekat al-akmaliyah saja yang disebar luaskan kepada khalayak ramai? bukankah hal itu lebih afdol dibanding mengajarkan tarekat asy-syatariyah?ketahuilah,o salik, bahwa tarekat al-akmaliyah sejak semula memang tidak untuk diajarkan kepada khalayak ramai. tidakkah engkau ketahui kisah syaikh abu al-mughits al-husain bin mansyur bin muhammad al-baidhawi al-hallaj yang menimbulkan kekacauan ketika mengungkapkan pandangan dan pahamnya kepada khalayak ramai? Tidakkah semua orang saat itu tidak mampu memahami ucapan-ucapanya? Tidakkah hanya kesalah pahaman yang justru ditimbulkanya?”””” Ketahuilah salik, bahwa yang menjadi dasar tarekat al-akmaliyah adalah kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan, pencipta yang tak bisa di bayangkan dan tidak pula bisa dibandingkan dengan sesuatu.
Singkatnya dasar utama dari tarekat al-akmaliyah adalah perjalanan kembali ke asal. inna li Allahi wa inna ilaihi raji’un! kembali kepada yang maha ghaib. maha kosong. maha tak terbandingkan.
Bagaimana engkau menjelaskan khalayak ramai tentang dia/huwa yang tak bisa digambarkan dan dibayangkan serta takterbandingkan? bagaimana cara engkau meminta khalayajk ramai untuk mengikuti jalanmu jika engkau tak bisa menjelaskan kepada mereka tentang kenikmatan, kelezatan, keindahan, kemuliaan, dan keagungan yang bakal engkau capai? bagaimana bisa engkau menyadarkan khalayak ramai tidaklah kembali kesurga yang penuh kenikmatan dan kelezatan, melainkan kembali kepada dia yang tak bisa digambarkan??”
Dengan uraian ini bukan berarti aku menempatkan tarekat al-akmaliyahsebagai tarekat yang khusus, apalagi lebih tinggi nilainya dari pada tarekat syatariyah. sekali-kali tidak demikian. sepengetahuanku, tarekat al-akmaliyah memang tidak pernah diajarkan secara terbuka, kecuali pada masa husein bin mansyur bin Muhammad al-baidhawi al-hallaj. entah jika suatu saat nanti Allah menghendaki-Nya..”””
Menurut pemahaman tarekat al-akmaliyah, dalam perjalanan rohani menuju Dia pada hakikatnya terdapat empat tahapan :
1.perjalanan al-insan menuju al-haqq/as-safar min al-haqq.
2.perjalanan kembali dari al-haqq/ as-safar fi al-haqq.
3.perjalanan kembali dari al-haqq menuju al-insan bersama al-haqq/as-safar min al-haqq ila al-insan bi al-haqq.
4.perjalanan al-insani di tengah ciptaan bersama al-haqq/safar al-insan fi al-khalq bi al-haqq.
Dengan uraian ini, o salik, jangan sekali-kali engkau bertanya soal manfaat dan kegunaan. sebab, jelas pada paham ini bahwa barang siapa yang di dalam perjalanannya telah sampai kepada al-haqq maka dia akan kehilangan keakuannya yang kerdil dan sempit. itu berarti, dia tidak akan berbicara tentang manfaat, keuntungan, kenikmatan, kelezatan dan kemuliaan menurut akal pikiran dan hasrat hatinya. artinya, dia yang telah sampai akan berada pada tingkatan tertinggi dari kepasrahan kepada-Nya. wama tasya’uma illa an yasya-a Allahu rabbu al-‘alamin”” /QS al-taqwir 81:29 itulah penjelasan sang guru sunan kejenar mengenai tarekat dan perjalan yang beliau capai hingga puncaknya dan juga hasil diskusi para guru yang memang benar-benar telah merasakan benar akan arti kebenaran itu sendiri.
#Hussein Ibn Mansyur Al Hallaj
Abad ketiga hijriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran, pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Sari as-Saqathy, Al-Harits al-Muhasiby, Ma’ruf al-Karkhy, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdady, Sahl bin Abdullah at-Tustary, Ibrahim al-Khawwash, Al-Husain bin Manshur al-Hallaj, Abu Bakr asy-Syibly dan ratusan Sufi lainya.
Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politisi dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Yaitu sosok Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofia Islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf Islam.
Nama lengkapnya adalah al-Husain bin Mansur, populer dipanggil dengan Abul Mughits, berasal dari penduduk Baidha’ Persia, lalu berkembang dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As-Sulamy, Al-Hallaj pernah berguru pada Al-Junaid al-Baghdady, Abul Husain an-Nury, Amr al-Makky, Abu Bakr al-Fuwathy dan guru-guru lainnya.
Walau pun ia ditolak oleh sejumlah Sufi, namun ia diterima oleh para Sufi besar lainnya seperti Abul Abbad bin Atha’, Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al-Junaid, Ibrahim Nashru Abadzy. Mereka memuji dan membenarkan Al-Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin Khafif berkomentar, “Al-Husain bin Manshur adalah seorang a’lim Rabbany.”
Pada akhir hayatnya yang dramatis, Al-Hallaj dibunuh oleh penguasa dzalim ketika itu, di dekat gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan Dzul Qa’dah tahun 309 H.
Kelak pada perkembangannya, teori-teori Tasawuf yang diungkapkan oleh Al-Hallaj, berkembang lebih jauh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Araby, Al-Jiily, Ibnu Athaillah as-Sakandary, bahkan gurunya sendiri Al-Junaid punya Risalah (semacam Surat-surat Sufi) yang pandangan utuhnya sangat mirip dengan Al-Hallaj. Sayang Risalah tersebut tidak terpublikasi luas, sehingga, misalnya mazhab Sufi Al-Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj, “Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al-Hallaj.”
Pandangan Al-Hallaj banyak dikafirkan oleh para Fuqaha’ yang biasanya hanya bicara soal halal dan haram. Sementara beberapa kalangan juga menilai, kesalahan Al-Hallaj, karena ia telah membuka rahasia Tuhan, yang seharusnya ditutupi. Kalimatnya yang sangat terkenal hingga saat ini, adalah “Ana al-Haq”, yang berarti, “Akulah Allah”.
Tentu, pandangan demikian menjadi heboh. Apalagi jika ungkapan tersebut dipahami secara sepintas belaka, atau bahkan tidak dipahami sama sekali.
Para teolog, khususnya Ibnu Taymiyah tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby, dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme.
Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud (kesatuan wujud antara hamba dengan Khaliq). Wahdatul Wujud atau yang disebut pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosufis atas wacana-wacana Al-Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy Syuhud (Kesatuan Penyaksian). Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan DzatNya dengan dzat makhluk.Para pengkritik yang kontra Al-Hallaj, menurut Kiai Abdul Ghafur, Sufi kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al-Hallaj melihatnya dari dalam.
Sebagaimana Al-Ghazali melihat sebuah bangunan dari dalam dan dari luar, lalu menjelaskan isi dan bentuk bangunan itu kepada publik, sementara Ibnu Rusydi melihat bangunan hanya bentuk luarnya saja, dan menjelaskannya kepada publik pula. Tentu jauh berbeda kesimpulan Al-Ghazali dan Ibnu Rusydi.
Setidak-tidaknya ada tiga keleompk besar dari kalangan Ulama, baik fuqaha’ maupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al-Hallaj ini. Mereka ada yang langsung kontra dan mengkafirkan; ada pula yang secara moderat tidak berkomentar; dan ada yang langsung menerima dan mendukungnya.
Salah Satu syair yg kontroversi dri Al Hallaj
Aku adalah Dia yang kucinta dan Dia yang kucinta adalah aku Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh.
Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku
Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya, membukakan rahasia cahaya keTuhanan-Nya yang gemilang.
Kemudian kelihatan baginya mahluk-Nya, dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum
Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur disatukan dengan air murni.
Jika sesuatu menyentuh Engkau, ia meyentuhku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku.
Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami
Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia, ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia, didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas.
Di dalam kemuliaan "tiada aku", atau Engkau atau kita, Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu
#Syeikh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Syekh Abdul Jalil, Sitiburit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar.
Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah "budi pekerti".
Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang hidup pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan.
Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ;
1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll);
2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu;
3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan
4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya.
Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapantersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh.
Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan ‘syariat’.
Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap ‘hakekat’ dan bahkan ‘ma’rifat’kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata ‘SESAT’.
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.
Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
Dan dalam ajarannya, ‘Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”)>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.
Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham ‘Manunggaling Kawula Gusti’.
Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar.
Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia tidak dihukum mati oleh Wali Songo hingga ia meninggal dan ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain Syekh Abdul Jalil atau Sunan Jepara..
Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir.
#Hamzah Al Fansuri
Namanya adalah Hamzah al-Fansuri. Berdasarkan kata fansur yang menempel pada namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari Fansur (sebutan orang Arab terhadap Bandar Barus) yang banyak menghasilkan kapur barus yang sekarang merupakan sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra Utara yang terletak antara Sibolga dan Singkel (Aceh). Mengenai bahwa dia berasal dari barus ini disebutnya beberapa kali dalam kitabnya “Syair Jawi”.
Di bidang keilmuan Syeikh telah mempelajari penulisan risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah. Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah-masalahagama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia. Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri. Di bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantun sangat populer dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20.
Namun karena ajaran dan pemahaman filosofis beliau yang menganut Thariqah Qadiriyah yang berpaham wujudiah, beliau dan pengikutnya dianggp sesat oleh Syeikh Nuruddin Ar Raniri dan seluruh pengikut dan karyanya pun banyak di bakar habis oleh sultan-sultan.
Sesungguhnya ketiga ulama sufi berbeda zaman itu punya banyak persamaan, yaitu rasa kecintaan yang teramat dalam kepada sang khalik, sehingga ajaran-ajaran beliau sungguh sangat sulit untuk di mengerti oleh mansia yang tingkat spiritualnya belum terlalu tinggi, sebagaimana dalam mencari Tuhan itu perlu bimbingan dan pengtahuan yang lebih, Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ;
1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll);
2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu;
3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan
4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya.
Semoga bermanfaat..al fateha

Thursday, 4 January 2018

10 Pantangan Bagi Sufi

*10 PANTANGAN BAGI SUFI*

Dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, *Syekh Abdul Qadir Al-Jailani* mengungkap 10 pantangan yang harus dihindari bagi sufi yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni:

*Pertama*, pantang bersumpah demi Allah, terlepas dari apakah yang dikatakan itu benar atau bohong, baik sengaja atau tidak sengaja. Ketika seseorang telah mengokohkan prinsip tersebut dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, niscaya Allah akan membukakan satu pintu dari cahaya-cahaya-Nya, meninggikan derajatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya.

*Kedua*, pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. Jika mampu melakukannya, maka Allah akan melapangkan dadanya dan menjernihkan pengetahuannya, hingga ia tak lagi mengenal dusta.

*Ketiga*, pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, lalu urung memenuhinya, meski mampu mewujudkannya, kecuali memang ada alasan yang jelas. Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. Jika mampu melakukannya, Allah akan membukakan pintu kemudahan dan derajat malu, dan memberi kasih sayang di tengah-tengah orang-orang jujur, serta menaikkan derajatnya di sisi Allah.

*Keempat*, pantang mencaci-maki makhluk lain, meski makhluk itu seukuran biji sawi atau lebih kecil lagi. Ini adalah akhlak kaum shaleh dan shiddiqin yang menghasilkan sesuatu yang baik, berupa perlindungan Allah di dunia dan derajat tinggi di sisi-Nya di akhirat.

*Kelima*, pantang mencaci-maki atau mendoakan hal-hal buruk kepada seseorang, meskipun orang itu dzalim. Ia harus memaafkan orang itu karena Allah, dan tidak membalas balik dengan ucapan ataupun perbuatan. Jika mampu melakukan itu, Allah akan memberi kedudukan terhormat di dunia dan akhirat, meraih cinta kasih segenap makhluk, baik jauh atau dekat, serta akan dikabulkan doanya.

*Keenam*, pantang menyebut musyrik, kafir, dan munafik kepada Ahli Kiblah (Muslim). Laku ini akan menjauhkan dari murka Allah dan mendekatkan kepada ridha dan kasih sayang Allah. Menjadi pintu mulia menuju Allah yang membuat si hamba dikasihi oleh segenap makhluk.

*Ketujuh*, pantang berpikir dan berangan-angan melakukan kemaksiatan, lahir dan batin, serta mencegah anggota tubuhnya dari hal itu. Ini adalah amalan yang paling cepat mendapat pahala bagi kalbu maupun fisik di dunia, disamping pahala di akhirat.

*Kedelapan*, pantang menggantungkan biaya hidupnya kepada siapa pun, baik dalam jumlah sedikit atau banyak, pada saat memerlukan ataupun tidak. Sikap semacam ini akan melengkapi kemuliaan ibadah dan kehormatan ahli takwa, dan ini adalah pintu terdekat pada keikhlasan.

*Kesembilan*, pantang bersikap tamak terhadap apa yang dimiliki manusia. Ini adalah kemuliaan terbesar, kekayaan sesungguhnya, kekuasaan agung, kebesaran yang luhur, keyakinan yang benar, dan kepasrahan yang tepat. Ia merupakan satu pintu keyakinan kepada Allah dan pintu zuhud yang mengantarkannya pada warak.

*Kesepuluh*, pantang bersikap takabur dan harus selalu tawaduk. Sikap rendah hati ini akan menguatkan posisi hamba, meningkatkan derajatnya, menyempurnakan kemuliaannya di sisi Allah dan makhluk-Nya. Laku ini adalah dasar dan penyempurnaan seluruh ketaatan. Dan, menjadi tujuan mulia kaum zuhud ahli ibadah.

*--- Syekh Abdul Qadir Al-Jailani*
dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq.