Tuesday 30 January 2018

*APAKAH KEBENCIAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBENCIAN ?*

*APAKAH KEBENCIAN HARUS DIBALAS DENGAN KEBENCIAN ?*


     Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham, seorang sufi, sedang berjalan kaki untuk menemui seorang kolega.
Di tengah jalan, dia bertemu dengan dua orang prajurit.
Ternyata, tentara itu dikirim oleh khalifah di Baghdad, untuk mencari seorang kriminal.

Alhasil, salah seorang dari tentara itu bertanya ke Ibrahim, _"wahai pengembara, apakah anda melihat si fulan ?"_ sambil menunjukkan lukisan sang kriminal’.

Jawab Ibrahim, *"Oh maaf, saya tidak pernah melihat dia".*

Namun, salah satu dari tentara itu curiga, dan menunjuk ke arah Ibrahim, _"Wahai pengembara, pasti anda pendusta, karena berdasarkan informasi yang kami terima, dia pasti lewat jalan ini"._

Kata Ibrahim, *"Mohon maaf, saya kurang paham maksud anda. Saya benar-benar tidak pernah melihat dia".*

Tentara itu menjawab, _"sudah cukup ! tidak usah banyak cing cong... Makan ini !"_ mengirim bogem mentah ke Ibrahim.

Akhirnya, Ibrahim disiksa oleh kedua tentara itu sampai babak belur, di tengah jalan sepi tersebut.
Setelah penyiksaan itu, kedua tentara itu berlalu begitu saja.

Namun, ternyata peristiwa penyiksaan itu disaksikan oleh seorang ibu.
Sewaktu kedua tentara itu berpapasan dengan sang ibu, lalu si ibu angkat bicara, "Apa yang kalian lakukan dengan orang tua itu ?
Dia itu Ibrahim bin Adham ! Seorang ulama yang sangat alim".
"Apa ?..." demikian respon kedua prajurit itu.

Lalu sontak, kedua prajurit itu mengejar Ibrahim di belakang, yang sedang jalan terpincang-pincang karena luka yang ia derita.
Lalu, mereka membungkuk dalam dalam di depan Ibrahim, dan salah satu dari mereka berkata, _"Wahai Ibrahim yang mulia, kami minta maaf atas kezhaliman yang telah terjadi"._

Ibrahim menjawab dengan santai, *"Anakku, Saya sudah lupakan peristiwa itu, dan saya anggap tidak pernah terjadi".*


Ibrahim bin Adham, dan semua Sufi, adalah kelompok yang berkata *"TIDAK"* untuk membalas kekerasan dengan kekerasan.

Mengapa kebencian itu muncul ?

Ibrahim bin Adham sudah mengajarkan kepada kita, bahwa kebencian bisa dibalas dengan cinta kasih.

     Memang, seorang Sufi seperti beliau sudah melakukan *latihan spiritual* yang sangat berat untuk mencapai tingkat tersebut.

     Namun, yang dicapai adalah kedamaian hati dan ketenangan batin. Dikotomi menang-kalah, yang menghasilkan kebencian demi kebencian, hanya membawa kita pada keresahan lahir dan batin.
Berkompetisi dengan orang lain, berarti juga kita harus menghancurkan orang lain, Akhirnya, semua ini hanya menghasilkan serentetan permusuhan, dan tinggal menunggu waktu saja, sebelum mereka yang kalah balas dendam terhadap yang menang, untuk kemudian menjadi pemenang yang baru.
Lingkaran balas dendam itu akan berlangsung terus tanpa akhir, jika tidak dihentikan.
Dunia yang sekuler sekarang ini, hanya menghasilkan *"manusia pembenci",* bukan *‘manusia PECINTA’.*

Mengapa tidak kita rubah semua ini ?
*Latihan spiritual para sufi sudah menunjukkan, bahwa menghilangkan kebencian adalah sangat mungkin.*
Sudah waktunya kita tanggalkan mentalitas aristokrasi, dan kembali pada pesan para bijak bestari dari timur. 🍃🍁🍃

No comments:

Post a Comment