Monday 1 January 2018

Rumus Dunia Penghambaan

Saya ingin menceritakan kepada Anda tentang kehidupan di dunia hati, yaitu dunia tasawwuf—yang saya sendiri diceritakan juga oleh guru-guru saya. 
Dunia penghambaan atau yang kita sebut dengan dunia tasawwuf sejati, adalah dunia yang tidak seperti rumus-rumus di dunia formal. Dunia tasawwuf atau penyembahan kepada Allah itu kebalikan dari formalitas.
Jika ada orang yang mengatakan dia dekat dengan Allah, sesungguhnya dia sangat jauh. Jika ada orang yang mengatakan ibadahnya sangat banyak, pamer puasa, pamer tahajjud, sesungguhnya dia tidak pernah melakukan apa-apa. Jika ada orang berdoa di facebook untuk dirinya sendiri sambil melolong menagih-nagih kebaikan-kebaikannya, sesungguhnya dia memang sedang melolong.
Syaikh Abu Madyan al-Maghribi, dalam al-Hikam al-Ghautsiyah,mengetengahkan sebuah rumus dunia penghambaan seperti ini: 
“Siapa saja yang menghamba kepada Allah, dia akan melihat amal-amalnya sebagai amal yang riya’, menyaksikan ahwalnya hanya sebagai hal yang “ngaku-ngaku” saja, dan menyaksikan ucapan dan perbuatannya sebagai kebohongan."
Artinya, orang-orang yang menghamba kepada Allah itu tak pernah merasa paling dekat dengan Allah. Sebaliknya, dia selalu merasa kurang dekat (masih jauh), dan kurang terus. Dia merasa amalnya selalu kurang. Itulah sebabnya Nabi SAW selalu meminta ampun kepada Allah. Bukan karena Nabi SAW banyak dosa, tetapi karena Nabi SAW merasa kurang dekat kepada Allah SWT, seperti seorang kekasih yang selalu merasa rindu kepada kekasihnya tercinta. 
Seorang kekasih yang seperti ini akan selalu memberikan hadiah-hadiah yang terbaik. Setelah memberi hadih satu, dia merasa kurang, lalu memberikan hadiah yang lainnya lagi. Setelah mengarang puisi, dia merasa puisinya kurang puitis, lalu mengarangnya lagi. Begitu terus.
Jika terjadi yang sebaliknya, maka Abu Madyan mengatakan, saksikanlah bahwa dia bukanlah orang suci yang Anda cari-cari. 

No comments:

Post a Comment